Foto, ilustrasi menolong orang lain. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Dalam dinamika kehidupan sosial yang kian kompleks, sering kali kita temui sebuah ironi yang menyayat nurani: niat baik yang justru dibalas dengan pengkhianatan. Pepatah lama “air susu dibalas air tuba” seolah tak lekang oleh zaman, terus hadir di balik cerita-cerita nyata yang terjadi di tengah masyarakat.
Seperti ungkapan bijak, “Tolonglah apa yang perlu ditolong, bantulah apa yang perlu dibantu. Tapi jangan terlalu dekat, jangan terlalu percaya.” Kalimat itu mencerminkan kepahitan pengalaman sebagian orang yang pernah membuka tangan, memberi bantuan dengan hati tulus, namun akhirnya dikhianati oleh mereka yang telah dibantu.
Tak sedikit orang yang dulunya meminta uluran tangan, menangis memohon pertolongan, lalu perlahan naik dan merasa mampu. Namun saat telah berdiri sendiri, justru mereka lupa pada siapa yang dulu menopang di kala lemah. Ironisnya, bukan hanya melupakan, tapi juga menjatuhkan—tanpa rasa iba, tanpa rasa bersalah.
Kejadian semacam ini bukan sekadar cerita personal, tapi telah menjadi fenomena sosial yang menghantui relasi manusia modern. Banyak yang akhirnya menjadi apatis, berhenti peduli, dan mulai mencurigai setiap permintaan bantuan. Kepercayaan terkikis oleh rasa trauma.
Sosiolog dari Universitas Negeri Semarang, Dr. Hidayatul Aini, menyebut fenomena ini sebagai “kecacatan relasi sosial akibat manipulasi kepercayaan.” Menurutnya, ketika orang yang tulus membantu dikhianati, bukan hanya hubungan antarindividu yang rusak, tetapi juga ekosistem sosial menjadi tercemar.
“Jika ini dibiarkan berlarut-larut, kita akan hidup dalam masyarakat yang penuh kecurigaan. Tak ada lagi ketulusan, semuanya dihitung untung-rugi,” tegasnya.
Meski begitu, bukan berarti kita harus berhenti menolong. Tetapi bijaklah dalam memberi. Tak semua tangan yang terulur itu jujur, dan tak semua tangisan itu tulus. Bantu karena kemanusiaan, bukan karena ingin dikenang. Dan jika dikhianati, biarlah alam yang mencatat, karena waktu selalu menguji siapa yang benar dan siapa yang sekadar memanfaatkan.
Kebaikan memang tidak selalu dibalas baik. Tapi jangan biarkan itu mematikan niat baik kita. Justru jadikan pengalaman sebagai pelajaran: bahwa dalam memberi, jangan buta. Dalam menolong, tetaplah waspada.
***
oleh: VR.
Kamis, 17 Juli 2025
0 Komentar