Breaking News

Dampak Rivalitas Bisnis: Benarkah Ada Konspirasi Gagalkan Grebeg Besar Demak?

Foto, kolase event Tradisi sakral Grebeg Besar Demak.

Queensha.id - Demak,

Tradisi sakral Grebeg Besar Demak yang telah berlangsung sejak masa Kesultanan Raden Fatah kini tengah diterpa isu miring. Agenda budaya dan religi tahunan ini disebut-sebut mulai bergeser dari nilai spiritual menjadi arena kompetisi bisnis yang sarat intrik.

Grebeg Besar yang semestinya menjadi momen pelestarian budaya Islam dan identitas Kabupaten Demak, kini dipandang sejumlah pihak hanya sebagai ajang komersialisasi. Tak hanya itu, proses pemilihan penyelenggara kegiatan tahun ini turut memicu ketegangan. Diana Ria Enterprise, salah satu peserta yang gagal memenangkan lelang pengelolaan acara, menuding adanya ketidakadilan dalam proses seleksi pihak ketiga.

Alih-alih menempuh jalur administrasi, Diana Ria justru menggelar acara serupa berupa pasar malam di Ruko BKM Jogoloyo, yang lokasinya sangat berdekatan dengan pusat Grebeg Besar di Kawasan Tembiring. Kegiatan ini digelar dari 17 Mei hingga 15 Juni 2025—beriringan dengan Grebeg Besar.

Kritik Sosial dan Kekhawatiran Sabotase

M. Rohmat, seorang pegiat sosial asal Wonosalam, menyayangkan situasi ini. Ia menilai munculnya pasar malam oleh pihak yang kalah lelang sebagai bentuk “luapan emosional” yang berpotensi memecah konsentrasi masyarakat.

“Ini sangat tidak elok. Pasar malam di ruko BKM seolah jadi tandingan. Jangan sampai situasi ini memicu sabotase antar penyelenggara. Kalau itu terjadi, masyarakat yang jadi korban,” ujar Rohmat.

Menurutnya, publik mudah membaca motif pasar malam tersebut sebagai rivalitas bisnis, bukan murni hiburan rakyat. Izin keramaian yang diberikan pihak kepolisian pun dipertanyakan.

Sorotan Terhadap Peran Aparat

Rohmat mengaku telah menemui Kasat Intelkam Polres Demak, AKP Bisri, untuk meminta klarifikasi soal izin acara di Ruko BKM. Namun, jawaban yang ia terima justru memunculkan kecurigaan lebih dalam.

“Saya tanya, apakah saat memberikan izin sudah tahu lokasi kegiatannya. Beliau jawab: tidak tahu. Ini aneh. Intelkam adalah indera kepolisian, kok bisa tidak tahu?” tukas Rohmat.

Ia menyebut, jika itu pengakuan jujur, maka mencerminkan kegagalan fungsi intelijen. Tapi jika sebaliknya, maka dugaan adanya konspirasi dengan motif bisnis menjadi masuk akal. Rohmat bahkan menyatakan, sejumlah pegiat sosial telah mengantongi informasi indikasi kerjasama antara oknum aparat dan penyelenggara pasar malam untuk menjatuhkan manajemen Grebeg Besar yang resmi terpilih.

Tradisi yang Terancam Komersialisasi

Grebeg Besar Demak merupakan warisan budaya yang sarat nilai keislaman. Rangkaian tradisinya mencakup ziarah ke makam Sultan Demak, selamatan Tumpeng Songo, kirab budaya, penjamasan pusaka, dan pasar malam. Acara ini bukan sekadar tontonan, melainkan bagian dari sejarah spiritual masyarakat Demak.

Kini, ketegangan antar penyelenggara, rivalitas bisnis, dan dugaan konspirasi mengancam kemurnian nilai tersebut. Jika tidak ditangani secara bijak oleh pemerintah daerah dan aparat penegak hukum, dikhawatirkan Grebeg Besar akan kehilangan esensi sebagai tradisi sakral dan bersejarah.

(TIM Redaksi)

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia