| Foto, proses pengisian air isi ulang. | 
Queensha.id - Depok, Jawa Barat,
Bisnis air minum isi ulang kian menjamur di berbagai daerah. Harga yang terjangkau dan kemudahan akses membuat usaha ini menjadi primadona di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap air bersih. Namun, di balik maraknya bisnis air isi ulang, muncul pertanyaan menarik: dari mana sebenarnya sumber air yang digunakan?
Di kawasan Depok, Jawa Barat, aktivitas pekerja depot air isi ulang terlihat tak pernah sepi. Mereka sibuk mengisi galon-galon pelanggan yang datang silih berganti. Harga jual per galon pun relatif murah, berkisar antara Rp5.000 hingga Rp6.000, jauh di bawah harga air kemasan bermerek yang bisa mencapai Rp18.000 per galon.
Salah satu pedagang air isi ulang di Depok mengaku mampu menjual rata-rata 50 galon per hari. Dengan margin yang lumayan, pendapatannya bisa mencapai Rp300.000 per hari atau sekitar Rp9 juta per bulan dan angka yang cukup menjanjikan bagi pelaku usaha kecil.
Namun, bisnis yang tampak sederhana ini memiliki rantai pasok yang menarik. Sumber air untuk depot-depot tersebut umumnya berasal dari kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang masih memiliki sejumlah titik mata air alami. Beberapa depot juga mengandalkan sumur bor di wilayah sekitar Babakan Madang, tak jauh dari Sentul City.
Berdasarkan pantauan lapangan, harga pengisian air bersih ke truk tangki di kawasan tersebut berkisar antara Rp50.000 hingga Rp80.000 per tangki, tergantung kapasitas dan lokasi sumber air. Sementara biaya distribusi menuju depot air isi ulang di berbagai daerah, seperti Depok atau Jakarta, berkisar antara Rp250.000 hingga Rp450.000 per pengiriman.
Dari sisi kualitas, sebagian besar tempat pengisian air di Sentul telah menggunakan sistem filtrasi sebelum air dialirkan ke truk tangki. Namun, masih ditemukan beberapa lokasi yang menyalurkan air langsung dari sumber tanpa proses penyaringan tambahan, hal yang berpotensi mempengaruhi kualitas air.
Di tingkat pengecer, sejumlah depot air isi ulang di Depok sudah mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) atau Sertifikat Laik Sehat (SLS) dari Dinas Kesehatan setempat. Sertifikat ini menjadi jaminan bahwa air yang dijual memenuhi standar kebersihan dan aman untuk dikonsumsi. Meski begitu, masih ada pula depot yang beroperasi tanpa sertifikat resmi, sehingga konsumen perlu lebih jeli dalam memilih.
Fenomena ini menggambarkan bahwa bisnis air isi ulang bukan hanya soal menjual air murah, tapi juga tentang kepercayaan, kebersihan, dan tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Di tengah kebutuhan air bersih yang semakin tinggi, regulasi dan pengawasan dari pemerintah menjadi kunci agar bisnis ini tetap berjalan sehat tanpa mengorbankan keselamatan konsumen.
***
(Queensha Jepara – 30 Oktober 2025)
 
