| Foto, potret kehidupan pondok pesantren sebelum Indonesia merdeka. Arsip sejarah Islam di Indonesia. | 
Queensha.id - Sejarah Islam,
Jepara | Pondok pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan Islam, melainkan juga benteng peradaban Nusantara yang telah berdiri jauh sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945. Dari Aceh hingga Jawa, dari Sumatera hingga Madura, tradisi pesantren telah menjadi sumbu penerang keilmuan dan perjuangan bangsa.
Dalam catatan sejarah yang beredar luas di kalangan pemerhati pendidikan Islam, setidaknya ada lebih dari 90 pesantren tua yang berdiri sejak abad ke-9 hingga awal abad ke-20 dan bahkan beberapa di antaranya lahir sebelum masa penjajahan Belanda.
Pesantren Tertua Sejak Zaman Kerajaan Islam Peureulak
Pesantren tertua di Nusantara diyakini adalah Dayah Cot Kala di Peureulak, Aceh, yang berdiri pada tahun 899 Masehi, lebih dari seribu tahun lalu. Pesantren ini muncul pada masa kejayaan Kerajaan Islam Peureulak, menjadikannya salah satu lembaga pendidikan Islam pertama di Asia Tenggara.
Menyusul kemudian, pesantren tertua di Pulau Jawa adalah Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu, Kebumen, Jawa Tengah, yang berdiri pada 1475 M. Pesantren ini didirikan oleh Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani dan Sayyid Muhammad Ishom Al-Hasani, yang menjadi pelopor sistem pendidikan agama berbasis halaqah di Jawa.
Jejak Ulama dan Pejuang dari Tanah Pesantren
Sejarah juga mencatat Pesantren Luhur Dondong di Semarang yang berdiri tahun 1609 M, didirikan oleh Kyai Syafi’i Pijoro Negoro, seorang komandan pasukan Mataram Islam di masa Sultan Agung. Pesantren ini bukan hanya pusat dakwah, tetapi juga markas perjuangan militer melawan VOC.
Sementara di Aceh, Ma’had Baitul Maqdis di Bitay menjadi pesantren yang unik karena memiliki kurikulum militer hasil kerja sama antara Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman (Turki Utsmani). Salah satu alumninya adalah Laksamana Keumalahayati, tokoh perempuan pejuang pertama di dunia maritim.
Pesantren-Pesantren Legendaris yang Masih Berdiri Hingga Kini
Dari masa ke masa, banyak pesantren yang masih eksis dan menjadi rujukan ilmu hingga kini, di antaranya:
- Sidogiri (Pasuruan, 1745), pesantren legendaris yang tetap menjaga tradisi salaf.
- Tegalsari (Ponorogo, 1742), dikenal melahirkan ulama sekaligus pujangga besar seperti Raden Ronggowarsito.
- Buntet (Cirebon, 1750), pesantren yang melahirkan banyak tokoh perjuangan kemerdekaan.
- Langitan (Tuban, 1852), tempat lahirnya KH. Abdullah Faqih, ulama kharismatik abad ke-20.
- Tebu Ireng (Jombang, 1899), yang didirikan oleh Hadratusy-Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Pesantren: Benteng Umat dan Cakrawala Keilmuan Nusantara
Selama berabad-abad, pesantren menjadi sumber ilmu, moral, dan perlawanan terhadap penjajahan. Para santri dan ulama bukan hanya pengajar agama, tapi juga penjaga nilai-nilai kebangsaan dan keadilan sosial.
Momentum Hari Santri Nasional (22 Oktober 2025) menjadi pengingat bahwa kiprah pesantren tak pernah padam. Dari bilik-bilik surau yang sederhana, lahir tokoh-tokoh besar yang menginspirasi lahirnya Indonesia merdeka.
“Semoga para santri tetap menjadi benteng umat dan pintu cakrawala keilmuan Nusantara sebagaimana sejak dulu hingga kini.”
***
Jepara, 30 Oktober 2025.
Redaksi: Queensha Jepara.
 
