Breaking News

Bekas Jeruk Nipis, Suara Tengah Malam dari Jalanan Semarang

Foto, darah berceceran yang disamarkan di aspal jalanan dekat rumah.


Queensha.id - Semarang,

Satu minggu setelah kecelakaan tragis yang menewaskan dua pengendara—seorang pria muda pengendara Honda Beat dan seorang wanita pengendara Yamaha NMAX—jalanan aspal dekat rumah Elisa di Semarang tak pernah lagi sama.

Darah para korban sempat membekas jelas di aspal. Namun ada yang iseng… menyiramnya dengan air perasan jeruk nipis, disertai tawa main-main. Katanya, “biar arwahnya cepat pergi.” Tapi ternyata, itu malah membangunkan sesuatu yang tak seharusnya dibangunkan.

Tiga hari setelah kejadian itu…

Pukul 01.00 dini hari, Elisa—gadis 22 tahun yang tinggal tak jauh dari tempat kecelakaan—terbangun karena suara lirih memanggil dari luar jendelanya.

“Tolong… tolong… sakit… dingin…”


Awalnya ia mengira itu mimpi. Tapi ketika didengarnya lagi suara itu semakin jelas—dari arah jalan tempat darah pernah mengalir—Elisa gemetar. Ia ngintip dari celah gorden… dan melihat dua sosok berdiri tertatih-tatih. Wajah mereka penuh darah, satu laki-laki, satu perempuan. Mereka menengadah menatap jendelanya… tangan mereka terangkat meminta tolong.

Elisa berteriak histeris dan lari keluar kamar, masuk ke rumah sebelah—rumah kakaknya, Wati. Sejak malam itu, ia tak berani tidur sendiri. Tapi yang menyeramkan adalah, kejadian itu terus berulang tiga malam berturut-turut. Wati pun ikut mendengar suara langkah kaki dan tangisan pelan, tapi saat dilihat keluar, jalan kosong.

Wati lalu berkata,

“Ini bukan mainan, Lis. Kita harus panggil Ustadz Salim.”


Bagian 2: Ustadz Salim dan Cerita Jeruk Nipis

Ustadz Salim datang siang hari. Lelaki sepuh berwajah teduh itu memeriksa jalanan tempat kecelakaan. Ia menunduk, memegang tanah dekat bekas darah, lalu mengangguk pelan.

"Yang menyiram jeruk nipis di sini telah membuka gerbang... bukan menutupnya.”


Elisa bingung. “Bukannya jeruk nipis itu buat bersih-bersih, Ustadz?”

“Untuk benda najis, iya. Tapi untuk darah manusia yang belum ikhlas—yang ditumpahkan karena kecelakaan tragis—itu menyakitkan. Arwah mereka merasa dipermainkan. Dan kini, mereka menuntut didoakan. Bukan disiram jeruk.”


Ustadz Salim pun memimpin doa malam itu di pinggir jalan, tepat di lokasi kejadian. Ia membawa air zamzam, daun bidara, dan tujuh batu kecil. Ia juga meminta agar warga sekitar ikut membaca Yasin dan menyumbang doa.

Malam itu, Elisa tak mendengar suara apapun.

Namun sebelum tidur, ia bermimpi: dua orang korban itu datang kepadanya. Wajah mereka sudah tidak berlumuran darah. Si perempuan berkata pelan,

“Terima kasih... tolong bilang pada yang menyiram jeruk… jangan ulangi lagi ke orang lain. Itu sakit... sangat sakit.”

***

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia