Notification

×

Iklan

Iklan

Curhat yang Menyalahi Takdir: Ketika Nyaman Jadi Awal Perselingkuhan

Senin, 09 Juni 2025 | 18.49 WIB Last Updated 2025-06-09T11:52:26Z
Foto, ilustrasi. Fanni. Curhat ke pria lain.

Queensha.id - Edukasi Sosial,

"Awalnya cuma teman ngobrol... lalu jadi tempat pulang yang lain," kata Fanni.


Curhat. Sebuah kata sederhana yang mungkin kerap terdengar ringan. Tapi siapa sangka, dari obrolan kecil yang dimulai dengan “boleh cerita nggak?”, bisa berkembang menjadi badai yang menghancurkan rumah tangga. Ini bukan kisah fiksi. Ini adalah kenyataan yang dialami oleh Fanni, ibu dua anak asal kota kecil di Jawa.

Ditinggal Suami Dinas, Ditinggalkan dalam Rasa Sepi

Fanni, sebut saja begitu, telah bertahun-tahun menjadi istri dari seorang pekerja yang kerap ditugaskan keluar kota dalam jangka waktu panjang. Tiga bulan sekali suaminya baru pulang. Komunikasi yang dulu hangat, berubah jadi formalitas.

“Awalnya cuma curhat tentang kerjaan,” cerita Fanni. Saat itu, ia dikenalkan dengan seorang pria yang terkait dengan pekerjaan suaminya. Semuanya tampak biasa. Profesional.

Namun, dari obrolan ringan, tumbuh rasa nyaman. “Lama-lama saya cerita soal kehidupan pribadi. Rasanya dia satu-satunya yang benar-benar dengar saya,” kata Fanni dengan mata yang sempat berkaca-kaca.

Dari Teman Bicara Menjadi Bayang-bayang Cinta Baru

Kedekatan itu tumbuh. Tak hanya di pesan singkat, tapi juga dalam pertemuan nyata. Mereka ngopi bersama, kadang jalan ke tempat wisata di sekitar kota. Padahal, pria itu pun sudah menikah. Tapi bagi Fanni, dia satu-satunya pelarian dari pernikahan yang terasa dingin dan sunyi.

Tak kuat dengan pernikahan yang baginya hanya tinggal status, Fanni akhirnya menggugat cerai. Ia resmi berpisah dari suaminya. “Setelah cerai, saya masih dekat sama dia... Tapi kemudian lost contact juga karena satu dan lain hal,” ujar Fanni pelan.

Rasa Nyaman: Akar Tak Terlihat dari Perselingkuhan

Psikolog keluarga, Anna Surti Ariani atau akrab disapa Kak Nina, menyebut bahwa banyak kasus perselingkuhan justru berakar dari rasa nyaman yang terbentuk karena curhat. Bukan dari ketertarikan fisik semata.

“Perselingkuhan sering dimulai dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Curhat jadi gerbang awal karena di sana muncul rasa dipahami, didengar,” jelas Nina, yang praktik di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Menurutnya, ketika pasangan suami-istri kehilangan komunikasi dan tidak ada ruang untuk berbagi, maka risiko munculnya “pihak ketiga” meningkat tajam. “Rasa nyaman itu bisa sangat menyesatkan kalau tak dikendalikan,” tambahnya.

Jaga Spark Cinta agar Tak Padam

Kak Nina menegaskan bahwa solusi bukan sekadar menyalahkan. “Pasangan harus sadar bahwa menjaga komunikasi, keterbukaan, dan kekompakan itu ibarat menyiram tanaman cinta setiap hari. Kalau tidak, ya kering,” katanya.

Ia menyarankan agar pasangan punya waktu rutin berbincang dari hati ke hati, menjadwalkan quality time, dan saling terbuka saat merasa tidak baik-baik saja.


Jadi, Fanni kini menjalani hidupnya sebagai ibu tunggal. Ia tak lagi menjalin hubungan dengan pria tersebut. Yang tersisa hanyalah kenangan tentang bagaimana curhat kecil bisa menjadi badai besar ketika cinta tak dijaga dan rasa nyaman disalah tempatkan.

***

Sumber: BS.