 |
| Foto, Nurma HMT @tiktok |
Queensha.id - Media Sosial,
Media sosial kembali geger. Sebuah video berdurasi tujuh menit yang menampilkan adegan panas diduga selebgram Nurma HMT mendadak viral di TikTok dan menyebar ke berbagai platform digital.
Video tersebut memperlihatkan sosok perempuan mirip Nurma HMT, yang cukup dikenal di TikTok dan Instagram. Tak butuh waktu lama, publik langsung mengaitkan identitas wanita dalam video itu dengan sang selebgram.
Isu yang berkembang liar akhirnya membuat Nurma HMT angkat bicara. Dalam sebuah video klarifikasi di akun media sosialnya, ia mengakui bahwa dirinya memang perempuan di dalam rekaman tersebut. Nurma mengungkapkan bahwa aksi itu dilakukan karena tergiur tawaran uang sebesar 33.000 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp110 juta.
“Hallo guys, di sini Nurma mau menjelaskan tentang video yang lagi ramai di TikTok. Jadi video itu emang benar Nurma. Alasannya, Nurma diiming-imingi uang 33 ribu Ringgit Malaysia. Jadi, Nurma mau minta maaf sebesar-besarnya, terutama buat followers,” ujar Nurma melalui akun @vdeo.nurma.cek.bi.
Pernyataan tersebut semakin memicu perhatian publik. Akun Instagram Nurma HMT langsung dibanjiri komentar warganet yang mencari klarifikasi lebih lanjut. Sejumlah akun fanbase dan gosip pun ikut membagikan ulang videonya, membuat kasus ini makin tersebar luas.
Dari Lifestyle ke Kontroversi
Sebelum terseret dalam skandal ini, Nurma HMT dikenal sebagai selebgram dan content creator yang kerap mengunggah konten lifestyle, fashion, dan hiburan. Akun TikTok-nya, @nurma.hmt, memiliki lebih dari 858 ribu pengikut dengan total 13,6 juta likes. Ia juga sering menerima tawaran endorsement dari brand lokal.
Namun, kejadian ini menjadi sorotan baru tentang betapa cepatnya konten eksplisit menyebar di dunia maya, terutama jika melibatkan figur publik. Fenomena ini bukan pertama kalinya menimpa influencer atau selebgram yang sebelumnya dikenal lewat karya dan kreativitas.
Pengingat untuk Publik
Kasus Nurma HMT menjadi pelajaran penting bagi generasi muda yang berkecimpung di media sosial. Popularitas digital dapat membawa peluang, tetapi juga membuka risiko besar jika tidak disertai batasan dan kesadaran etis.
Konten viral mungkin bisa mengangkat nama seseorang, tetapi konten negatif dapat menghancurkan reputasi dalam hitungan detik—terlebih di era internet yang tidak pernah lupa.
***
Sumber: Sr.
