Notification

×

Iklan

Iklan

Apakah Selalu Salah RT? Inilah Batasan dan Peran Seorang RT

Senin, 26 Mei 2025 | 10.17 WIB Last Updated 2025-05-26T03:18:12Z
Foto, ilustrasi. Edukasi Sosial.


Queensha.id - Edukasi Sosial,

Dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, nama "RT" atau Rukun Tetangga sering kali menjadi pusat perhatian, bahkan sasaran empuk ketika terjadi permasalahan di lingkungan. Dari KTP yang tak kunjung jadi, bantuan sosial tak cair, hingga rumah kemalingan—semuanya sering bermuara pada satu nama: RT.

Padahal, jika ditelisik lebih dalam, tugas dan wewenang seorang RT sangatlah terbatas. Gaji yang diterima pun tidak sebanding dengan beban dan ekspektasi warga. RT bukan pejabat negara dengan akses tak terbatas ke anggaran dan kebijakan. Mereka hanya jembatan antara masyarakat dan pemerintahan di tingkat lebih tinggi.

"Gaji gak seberapa, kewenangan gak ada, tapi tekanannya luar biasa," begitulah pengakuan banyak RT di lapangan. 

Sering kali, mereka juga menjadi korban dari sistem birokrasi yang lambat atau aturan dari atas yang berubah-ubah. Namun, justru mereka yang berada di garda terdepan saat masyarakat kecewa.

Kita Lupa, RT Itu Juga Manusia

RT hanyalah warga biasa yang dipilih untuk menjadi pelayan masyarakat. Mereka bekerja tanpa pamrih, kadang harus keluar uang sendiri untuk kelengkapan administrasi, bahkan jadi mediator konflik antarwarga. Ketika Kepala Desa korupsi, tetap saja RT yang disalahkan. Ketika warga ingin menikah siri, RT yang dicari. Kena musibah, RT yang ditagih solusi.

Himbauan kepada Masyarakat: Saatnya Lebih Bijak

Sudah saatnya masyarakat lebih memahami batasan dan peran seorang RT. Berikut beberapa cara bijak dalam berinteraksi dengan RT:

1. Pahami Wewenangnya: RT bukan pengambil keputusan tertinggi. Ia tidak bisa mencairkan bantuan tanpa proses dari atas.


2. Hargai dan Dukung: RT adalah relawan yang bekerja demi ketertiban lingkungan. Dukungan moral dan gotong royong jauh lebih berharga daripada caci maki.


3. Sampaikan Aspirasi dengan Etika: Bila ada keluhan, sampaikan secara santun dan berikan ruang untuk RT menjelaskan prosesnya.


4. Libatkan Diri dalam Kegiatan Lingkungan: Jangan hanya menyalahkan, tapi ikut aktif membangun suasana positif.


5. Laporkan Masalah pada Jalur yang Tepat: Masalah struktural atau kebijakan harus diarahkan ke lembaga berwenang, bukan hanya dibebankan ke RT.



Kesimpulannya 

Menjadi RT bukanlah perkara mudah. Di tengah keterbatasan, mereka tetap menjalankan tugas dengan loyalitas. Mari sebagai warga, kita mulai melihat RT bukan sebagai kambing hitam segala masalah, tetapi sebagai mitra dalam membangun lingkungan yang lebih baik. Karena jika bukan kita yang mendukung RT, siapa lagi?

***

Sumber: BS.
×
Berita Terbaru Update