Foto, Perkumpulan Pelestari Tosan Aji Jepara (PPTAJ), upaya ini menjadi langkah konkret untuk menggali warisan budaya pesisiran yang selama ini tersembunyi di balik arus modernisasi. |
Queensha.id - Jepara,
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara tengah menapaki jejak pusaka masa silam. Bekerja sama dengan Perkumpulan Pelestari Tosan Aji Jepara (PPTAJ), upaya ini menjadi langkah konkret untuk menggali warisan budaya pesisiran yang selama ini tersembunyi di balik arus modernisasi.
Melalui agenda bertajuk Jagong Museum R.A Kartini, yang berlangsung semalam di Museum R.A Kartini Jepara, pertemuan ini bukan sekadar diskusi biasa. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara, Moh Eko Udyyono, menegaskan komitmen pemerintah untuk merumuskan identitas pusaka khas Jepara.
"Saya meyakini, para pemimpin Jepara di masa lampau memiliki benda pusaka yang menjadi pegangan mereka dalam memimpin,” ujar Eko.
Didampingi Ketua PPTAJ Jepara Ricardo Gerit Zaal, Kabid Kebudayaan Agus Wibowo, Subkor Sejarah dan Kepurbakalaan Lia Supardinik, dan Kepala Museum R.A Kartini Iwan Nugroho, Eko berharap bisa menemukan peninggalan bersejarah seperti keris Ratu Kalinyamat dan pusaka tokoh penting lainnya di Jepara.
Pusaka, khususnya keris, tak hanya milik raja atau bangsawan. Dalam struktur sosial masa lampau, abdi dalem hingga tokoh desa pun biasanya menyimpan pusaka sebagai simbol tanggung jawab dan harga diri.
Ketua PPTAJ, Ricardo Gerit Zaal, menambahkan bahwa Jepara memiliki garis sejarah yang erat dengan Kesultanan Demak. Maka tak heran jika bentuk dan corak keris pesisiran Jepara kemungkinan besar memiliki kemiripan dengan pusaka-pusaka dari Demak.
“Kita bisa menelusuri pola-pola kesamaan bentuk maupun fungsi. Ini akan sangat membantu dalam merumuskan identitas pusaka pesisiran Jepara,” jelas Ricardo.
Sementara itu, anggota PPTAJ M. Fadil Ichsan membagikan wawasan menarik tentang filosofi keris Jawa. Berdasarkan History of Java karya Sir Thomas Stamford Raffles, prajurit Jawa disebut selalu membawa tiga keris — simbol ikatan keluarga dan identitas pribadi.
Lebih dari sekadar senjata, keris merupakan manifestasi nilai-nilai luhur: kejujuran, kesetiaan, dan keteguhan hati. Dalam ajaran leluhur, seseorang dianggap paripurna jika telah memiliki lima unsur kehidupan: keris (curiga), kendaraan (turangga), rumah (wisma), istri (wanita), dan hiburan (burung perkutut).
“Dalam keris terkandung ilmu pituduh atau petunjuk hidup, pitutur atau nasihat, serta panyuwunan atau doa. Pusaka bukan sekadar benda, tapi saksi sejarah dan spiritualitas orang Jawa,” ujar Fadil.
Agenda pelestarian ini diharapkan tidak hanya menambah kekayaan koleksi Museum R.A Kartini, tapi juga menguatkan identitas budaya Jepara sebagai kota dengan akar sejarah yang kuat. Pusaka bukan sekadar benda lama, melainkan cermin jiwa leluhur yang terus menyala hingga kini.
***
Sumber: Mondes.