Foto, Hamdy menciptakan karya-karya ukiran dan relief dari bahan dasar kayu utuh, atau yang biasa ia sebut “dangkel” dan sejenis potongan kayu jati, trembesi, atau jenis kayu keras lainnya. |
Queensha.id - Jepara,
Jika selama ini Mulyoharjo dikenal sebagai pusat seni ukir dan pahat kayu di Jepara, maka nama Desa Tengguli di Kecamatan Bangsri layak mendapat sorotan yang sama. Dari desa yang tenang ini, lahir seorang seniman pahat berbakat bernama Hamdy, yang karyanya telah menembus pasar nasional hingga mancanegara.
Berbeda dari pengrajin biasa, Hamdy menciptakan karya-karya ukiran dan relief dari bahan dasar kayu utuh, atau yang biasa ia sebut “dangkel” dan sejenis potongan kayu jati, trembesi, atau jenis kayu keras lainnya. Sentuhan tangannya menghasilkan pahatan dengan detail halus, mewah, dan bernilai seni tinggi. Karyanya bukan sekadar produk kerajinan, tetapi mencerminkan jiwa seni yang dalam dan penuh ketekunan.
"Awalnya saya iseng. Saya beli kayu, saya otak-atik. Ternyata ada yang bilang bagus. Dari situ saya teruskan," cerita Hamdy kepada awak media saat ditemui di rumahnya.
Foto, Hamdy menciptakan karya-karya ukiran dan relief dari bahan dasar kayu utuh, atau yang biasa ia sebut “dangkel” dan sejenis potongan kayu jati, trembesi, atau jenis kayu keras lainnya. |
Keahlian Hamdy ternyata murni otodidak. Hobi seni sejak kecil mendorongnya bereksperimen hingga menemukan gaya khasnya sendiri. Kini, ia rutin membuat karya berdasarkan pesanan, maupun kreasi bebas yang dipasarkan lewat showroom dan kolega lokal. Pembeli datang dari berbagai kota besar di Indonesia, bahkan dari luar negeri.
“Sudah ada beberapa yang beli dari mancanegara. Saya sendiri tidak menyangka bisa sejauh ini,” tambahnya.
Melihat potensi luar biasa ini, Hamdy berharap karyanya bisa lebih dikenal oleh publik, terutama oleh Bupati Jepara, Witiarso Utomo, yang sedang menggencarkan program "Bupati Ngantor di Desa" untuk mencari potensi desa yang bisa didorong ke panggung internasional. Ia berharap program ini bisa menjadi jembatan agar karya seni ukir dan pahat dari desa-desa seperti Tengguli juga mendapatkan panggung yang layak.
Jepara selama ini dikenal dunia sebagai “Kota Ukir,” namun kisah Hamdy membuktikan bahwa potensi seni tidak hanya terkonsentrasi di pusat-pusat kerajinan terkenal. Bakat-bakat besar juga lahir dari desa-desa yang tenang, dari tangan-tangan seniman yang bekerja dengan ketulusan dan cinta terhadap kayu.
Dengan semakin banyaknya perhatian terhadap seniman lokal seperti Hamdy, besar harapan bahwa seni ukir Jepara benar-benar mampu “go internasional” tidak hanya sebagai produk ekspor, tetapi juga sebagai warisan budaya yang dihargai dunia.
***
Sumber: AB/Miftah.