Notification

×

Iklan

Iklan

Kenapa Sulit Meninggalkan Pasangan yang Berkali-Kali Menyakiti? Ini Jawaban Nyatanya

Selasa, 22 Juli 2025 | 08.21 WIB Last Updated 2025-07-22T01:26:28Z

Foto, ilustrasi. 

Queensha.id - Edukasi Sosial,

Banyak yang bertanya-tanya—kenapa seseorang, terutama perempuan, tetap bertahan dalam hubungan yang terus-menerus menyakiti? Sudah jelas disakiti secara emosional, mungkin juga secara fisik dan verbal, tapi tetap tidak bisa pergi. Apakah ini bentuk cinta? Atau justru tanda bahwa ada luka yang lebih dalam di balik semua itu?

Jawabannya tidak sesederhana “karena masih cinta”. Ada mekanisme psikologis dan sosial yang membuat seseorang sulit melepaskan hubungan yang seharusnya sudah lama ditinggalkan.

Berikut adalah alasan-alasan mengapa banyak orang terjebak dalam hubungan toxic, bahkan saat luka sudah berkali-kali terjadi:


1. Trauma Bonding: Terikat dalam Siklus Luka dan Harapan

Salah satu alasan paling kuat adalah trauma bonding—kondisi ketika seseorang terikat secara emosional dengan orang yang menyakitinya, karena adanya siklus berulang antara luka dan kasih sayang.

Contohnya: setelah bertengkar hebat, pasangan justru menjadi sangat manis. Meminta maaf, berjanji akan berubah, bahkan menangis. Ini menciptakan harapan palsu bahwa hubungan masih bisa diperbaiki. Kamu seperti digantung di antara rasa sakit dan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.

Dan sayangnya, otakmu mulai terbiasa dengan pola ini, hingga rasa sakit pun jadi sesuatu yang "normal".


2. Harga Diri yang Hancur

Jika kamu sering diremehkan sejak kecil—oleh keluarga, lingkungan, atau bahkan oleh pasanganmu—maka sangat mungkin kamu merasa tidak layak mendapatkan yang lebih baik. Inilah akar dari kepercayaan diri yang rapuh.

Kamu mulai percaya bahwa:

  • Kamu pantas disakiti.
  • Tidak ada yang akan menerima kamu selain dia.
  • Lebih baik bertahan daripada kehilangan semuanya.

Padahal sesungguhnya, kamu hanya belum melihat nilai dirimu yang sesungguhnya.


3. Takut Kesepian dan Tekanan Budaya

Di banyak budaya, termasuk di Indonesia, perempuan sering kali dibebani dengan harapan untuk selalu "bertahan".

Kamu sering mendengar:

  • “Wanita harus sabar.”
  • “Jangan cerai, malu sama tetangga.”
  • “Nanti menyesal kalau jadi janda.”

Tekanan sosial ini membuat banyak perempuan lebih takut pada status janda atau hidup sendiri, daripada menghadapi kekerasan atau ketidakbahagiaan dalam rumah tangga. Inilah yang membuat mereka memilih diam, meski hati terluka.


4. Denial terhadap Realita

"Dia sebenarnya baik kok, cuma kadang emosinya nggak terkontrol."
"Dia menyakiti aku, tapi dia juga perhatian."

Ini adalah bentuk penyangkalan diri. Saat kamu terlalu sering dibombardir dengan gaslighting, kamu mulai meragukan realita yang kamu rasakan sendiri. Kamu ragu apakah kamu benar-benar disakiti, atau kamu yang terlalu sensitif.

Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang membuat korban merasa bingung, tidak yakin, bahkan merasa bersalah atas kesalahan yang dilakukan pelaku.


5. Ketergantungan Finansial dan Emosional

Tak sedikit perempuan yang bertahan dalam hubungan toxic karena tidak memiliki pilihan lain secara ekonomi. Tidak punya penghasilan sendiri, bergantung pada pasangan untuk kebutuhan dasar, dan tak ada jaringan dukungan dari luar.

Bahkan secara emosional, perempuan yang sudah terlalu lama berada dalam hubungan seperti ini bisa kehilangan identitas dirinya. Ia lupa siapa dirinya sebelum bertemu pasangan. Dunianya hanya berputar pada pasangan—dan itu membuatnya takut membayangkan hidup sendirian.


Jalan Keluar Itu Ada

Jika kamu atau orang terdekatmu berada dalam hubungan yang menyakitkan, bukan kamu yang salah. Dan kamu tidak harus menunggu lebih lama untuk sadar bahwa kamu layak untuk hidup yang damai, sehat, dan bahagia.

Hubungan yang sehat bukan hanya tentang bertahan. Tapi tentang saling menghargai, mendukung, dan memberi ruang untuk tumbuh.

Keluar dari hubungan toxic memang tidak mudah. Tapi lebih sulit lagi jika kamu terus bertahan dan membiarkan luka itu tumbuh dalam diam.

Carilah dukungan—keluarga, teman, komunitas, atau konselor profesional. Kamu tidak sendirian. Dan kamu pantas bahagia, bukan hanya bertahan.

***

Selasa, 22 Juli 2025.

×
Berita Terbaru Update