Foto, ilustrasi banyak orang main gadget atau telepon seluler/HP. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Pagi-pagi buka WhatsApp, siang scroll TikTok, malam binge-watching Netflix. Tanpa disadari, ponsel pintar telah menyedot waktu dan perhatian kita lebih dari yang kita bayangkan. Di era digital yang makin merajalela, handphone (HP) bukan lagi sekadar alat komunikasi dan ia telah menjadi ‘teman hidup’ yang selalu menempel dari bangun tidur hingga terlelap kembali.
Menurut Global Overview Report dari Data Reportal yang dirilis Januari 2024, pengguna internet usia 16 hingga 64 tahun kini menghabiskan rata-rata 6 jam 40 menit per hari untuk online melalui berbagai perangkat. Jika diakumulasikan, ini berarti sekitar 47 jam per minggu atau setara 101 hari dalam setahun. Bahkan, jika seseorang mulai menggunakan internet sejak usia 18 tahun hingga usia 80 tahun, maka lebih dari 17 tahun hidupnya dihabiskan untuk menatap layar.
Pertanyaannya, apakah sebanyak itu waktu kita ingin dihabiskan untuk dunia digital?
Bukan Sekadar Waktu yang Terbuang
Kecanduan layar bukan hanya soal waktu. Studi demi studi mengungkapkan berbagai dampak negatif dari paparan layar berlebihan hingga mulai dari gangguan tidur, kelelahan mata, hingga suasana hati yang tidak stabil.
“Kondisi seperti ini bisa membuat seseorang menjadi mudah marah, cemas, bahkan mengalami gangguan konsentrasi,” ujar psikolog klinis Anindya Saraswati, kepada Queensha Jepara. “Ketika terlalu lama bermain HP, otak kita dipaksa untuk terus aktif, padahal tubuh kita butuh jeda.”
Masyarakat kini mulai menyadari pentingnya detoks digital—sebuah upaya sadar untuk mengurangi paparan digital dan kembali terhubung dengan dunia nyata. Beberapa tanda kamu butuh detoks digital antara lain sulit tidur, merasa gelisah tanpa HP, atau tidak bisa fokus tanpa mengecek notifikasi.
Anak-anak, Korban Paling Rentan
Bukan hanya orang dewasa yang terdampak. Anak-anak adalah kelompok paling rentan terhadap penggunaan HP yang berlebihan. Banyak orang tua memberikan gawai hanya agar anak tidak rewel. Padahal, hal ini bisa menghambat tumbuh kembang, kreativitas, hingga kemampuan bersosialisasi.
Mengutip rekomendasi dari Peace Health, anak-anak sebaiknya tidak menghabiskan lebih dari dua jam per hari untuk kegiatan di depan layar, khususnya untuk hiburan.
Bahkan, American Pediatric Association (APA) di Amerika Serikat telah mencanangkan kampanye 5-2-1-0 sebagai panduan hidup sehat bagi anak:
- 5: Konsumsi lima porsi buah dan sayur setiap hari
- 2: Maksimal dua jam per hari di depan layar
- 1: Minimal satu jam beraktivitas fisik
- 0: Hindari minuman manis berkalori
“Anak-anak perlu diajak bermain di luar rumah, membaca buku fisik, atau berkarya dengan tangan mereka sendiri. Dunia digital bukanlah satu-satunya tempat untuk bersenang-senang,” tambah Anindya.
Jadi, Berapa Lama Waktu yang Ideal?
Sampai saat ini, belum ada batasan waktu yang benar-benar baku untuk orang dewasa. Namun, para ahli sepakat bahwa penggunaan HP harus disesuaikan dengan kebutuhan, bukan sekadar kebiasaan. Bila aktivitas digital justru mengganggu produktivitas, kualitas tidur, atau hubungan sosial, maka inilah saatnya meninjau ulang.
Tips bijak dalam penggunaan HP:
- Jadwalkan waktu tanpa layar setiap hari (misalnya 1 jam sebelum tidur)
- Aktifkan mode “Do Not Disturb” saat bekerja atau berkumpul dengan keluarga
- Gunakan fitur pelacak waktu layar untuk evaluasi
- Ganti waktu layar dengan aktivitas fisik, membaca buku, atau hobi lainnya
Kesimpulannya, HP memang telah menjadi bagian dari kehidupan modern. Tapi, seperti halnya makanan cepat saji, terlalu banyak juga bisa membahayakan. Yang diperlukan bukan hanya teknologi yang makin canggih, tapi juga kesadaran untuk mengendalikan diri.
Jangan sampai kita menyesal karena telah melewatkan momen-momen nyata—semata karena sibuk menatap layar yang tidak pernah tidur.
***
Ditulis oleh Tim Redaksi Queensha Jepara
07 Agustus 2025.