Foto, nasi Kropohan Demak. |
Queensha.id - Demak,
Nasi Kropohan, atau sego kropohan dalam bahasa Jawa, adalah kuliner legendaris khas Kabupaten Demak yang sarat makna dan sejarah. Istilah “kropohan” berarti campuran yang sesuai dengan cara penyajiannya yang merupakan perpaduan antara nasi dan sup daging kerbau serta bahan lain seperti labu putih atau nangka muda.
Asal Usul dan Nilai Budaya
Pertama dikenal pada masa Kesultanan Demak, nasi ini disukai para Sultan dan merupakan simbol keterbukaan dan toleransi antar umat beragama. Penggunaan daging kerbau dipilih karena saat itu masyarakat Demak dan Kudus menghindari konsumsi daging sapi demi menghormati pandangan Hindu. Bagi masyarakat biasa, bahan dari kulit kerbau dicampur sayur agar hidangan ini bisa dinikmati bersama.
Karakteristik dan Penyajian
Nasi Kropohan disajikan dengan sederhana: sepiring nasi putih dan semangkuk kuah bening berisi potongan daging kerbau dan labu putih, sering dilengkapi dengan cabai utuh untuk menambah rasa pedas sesuai selera. Menurut Erlina Yunita, penjual di Warung Seger Waras (Jalan Bhayangkara Baru, Demak), bumbu utamanya adalah bawang, ketumbar, dan kemiri "sitik ora reko-reko", atau seadanya saja.
Menurut detikFood, tekstur daging kerbau serta labu terasa empuk, kuahnya gurih namun ringan yang lebih mirip sup bening dengan aroma bawang putih dan kemiri yang khas.
Harga seporsi nasi kropohan cukup bersahabat, berkisar di angka Rp 15.000, dan biasanya hanya tersedia pagi hingga menjelang siang karena antil langka.
Makna Sosial dan Pelestarian Kuliner
Nasi Kropohan bukan sekadar makanan—ia menjadi simbol harmoni antarumat beragama dan warisan budaya yang merangkul rakyat biasa. Meskipun demikian, kuliner ini kini langka dan hanya bisa ditemukan di sedikit warung, seperti Warung Seger Waras dan Pondok Ikan Demung—upaya pelestarian agar generasi mendatang tidak kehilangan jejak cita rasa tradisi.
Resep Nasi Kropokhan Khas Demak
Berikut resep autentik berdasarkan panduan dari IDN Times untuk mencoba membuat nasi kropokhan di rumah:
Bahan-Bahan
- 350 g daging kerbau (rebus hingga empuk)
- ½ potong labu putih, dipotong sesuai selera
- 300 ml santan kelapa
- 5 buah cabe rawit (utuh)
- 1 lembar daun salam, 3 lembar daun jeruk, dan 1 ruas lengkuas
- ½ ikat daun kedondong, secukupnya asam jawa, garam secukupnya
Bumbu halus:
- 2 sdm ketumbar, 8 butir kemiri, 5 butir bawang merah, 2 siung bawang putih, sejumput lada, dan sejumput jinten
Cara Membuat
- Haluskan bumbu: Sangrai ketumbar dan jinten, goreng kemiri lalu uleg bersama bawang dan lada.
- Rebus daging kerbau hingga empuk, kemudian potong-potong. Gunakan air rebusan sebagai dasar kuah.
- Masukkan labu putih ke dalam kuah, tambahkan bumbu halus, santan, daun salam, daun jeruk, lengkuas, daun kedondong, garam, dan asam jawa.
- Tambahkan cabe rawit utuh, masak dengan api sedang selama 30 menit hingga bumbu menyatu dan kuah mendidih.
- Sajikan: Letakkan nasi putih di piring, siram dengan kuah kropokhan. Nikmati selagi hangat.
Ringkasannya
Aspek | Rangkuman |
---|---|
Sejarah & Budaya | Hidangan Sultan Demak, simbol toleransi dan kropohan bagi rakyat biasa |
Rasa & Penampilan | Kuah bening, gurih, ringan, daging empuk + sayuran segar |
Ciri khas | Daging kerbau, labu putih, bumbu sederhana, disajikan dengan nasi hangat |
Harga & Akses | ± Rp 15.000, tersedia di warung tradisional pagi hari |
Penyajian | Nasi + sup kropohan, cabe rawit sesuai selera |
Pelestarian | Masih langka, jadi perlu terus diangkat sebagai ikon kuliner Demak |
Nasi Kropohan Demak bukan hanya soal rasa enak tapi menyimpan nilai sejarah, toleransi budaya, dan kebersamaan.
***