Foto, perempuan cantik manja. |
Hasilnya, sebanyak 62 persen laki-laki mengaku menyukai perempuan dengan sifat manja, asalkan dalam kadar wajar. Menurut mereka, sifat manja membuat perempuan terlihat lebih feminin, lembut, dan mampu menghadirkan rasa butuh akan perlindungan dari seorang pasangan. Sementara itu, 26 persen responden menyebut manja bisa menyebalkan jika berlebihan, sedangkan 12 persen lainnya netral dan menilai sifat tersebut tergantung pada situasi.
“Manja dalam batas tertentu dianggap sebagai bentuk ekspresi kasih sayang dan kedekatan emosional. Namun jika terlalu menuntut, bisa memunculkan kesan kekanak-kanakan,” ungkap Dwi Hartanto, pengamat sosial dari Universitas Negeri Semarang.
Pandangan Islam
Dalam perspektif Islam, sifat manja tidak dilarang sepanjang tidak berlebihan dan tidak merugikan pihak lain. Islam justru menekankan kelembutan, kasih sayang, dan penghormatan dalam hubungan suami istri.
Ustadz Ahmad Zaini, seorang pendakwah asal Magelang, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sendiri dikenal penuh kelembutan terhadap istrinya. “Manja bisa menjadi bagian dari sikap mesra. Yang penting, tetap menjaga adab, tidak menuntut berlebihan, dan tidak menjadikan sifat itu sebagai kelemahan diri,” jelasnya.
Hukum Sosialnya
Secara sosial, sifat manja dipandang sebagai bagian dari dinamika kepribadian. Di satu sisi, masyarakat masih menganggap manja identik dengan daya tarik perempuan. Di sisi lain, perempuan yang terlalu manja sering kali mendapat label negatif, seperti tidak dewasa atau terlalu bergantung.
“Di ruang sosial, manja diterima jika konteksnya personal, misalnya dalam hubungan keluarga atau pasangan. Tetapi ketika dibawa ke ruang publik dan berlebihan, bisa menimbulkan stigma,” tambah Dwi.
Dengan demikian, manja pada perempuan bukanlah sesuatu yang sepenuhnya buruk. Ia bisa menjadi bumbu dalam hubungan, asal tetap dalam kadar yang tepat—tidak mengurangi kemandirian dan kedewasaan seorang perempuan.
***