| Foto, pesan moral. |
Queensha.id - Jepara,
Ungkapan “semakin kaya semakin pelit” bukan sekadar mitos. Sejumlah penelitian psikologi dan ekonomi menunjukkan bahwa pertumbuhan kekayaan justru bisa mengurangi tingkat kemurahan hati seseorang. Faktor kesenjangan sosial, kebiasaan menabung, hingga perasaan memiliki hak lebih besar atas harta membuat sebagian orang kaya menjadi lebih enggan berbagi.
Faktor Psikologis
Penelitian internasional mencatat, di negara dengan kesenjangan ekonomi tinggi, orang kaya cenderung lebih egois dan kurang murah hati dibanding mereka yang hidup di negara dengan kesenjangan rendah.
Selain itu, perbandingan sosial juga mendorong lahirnya rasa lebih unggul dari orang lain, yang pada akhirnya menumbuhkan perilaku individualis. Tidak sedikit pula orang kaya yang merasa berhak mengutamakan kepentingan pribadi demi mempertahankan kemajuan dan status sosialnya.
Faktor Ekonomi dan Sosial
Menjadi kaya umumnya berawal dari kebiasaan menabung dan berinvestasi. Disiplin mengatur pengeluaran membuat sebagian orang sulit mengubah kebiasaan itu, hingga muncul keengganan untuk berbagi.
Studi dari Queen Mary University bahkan menyebutkan bahwa kelompok berpendapatan tinggi justru cenderung menyumbang lebih sedikit dibandingkan mereka yang berpenghasilan rendah. Sementara itu, cara seseorang memperoleh kekayaan juga berpengaruh: orang yang sukses dari kerja keras sering kali lebih protektif terhadap hartanya.
Pandangan Agama dan Etika
Agama menempatkan sifat pelit sebagai perilaku tercela. Dalam Islam, sifat kikir dapat mendatangkan murka Allah, sebagaimana kisah Qorun yang ditenggelamkan bersama harta kekayaannya.
Al-Qur’an dan hadis berulang kali mengingatkan umat manusia agar tidak terbuai dengan harta dunia, sebab keserakahan dapat menutup pintu keberkahan.
Kesadaran Warga Jepara
Fenomena ini juga dirasakan oleh warga Jepara. Slamet (45), pengusaha mebel asal Kecamatan Kedung, Jepara mengaku sempat larut dalam sifat kikir setelah bisnisnya berkembang pesat.
“Waktu usaha saya maju, saya jadi perhitungan banget. Mau sedekah pun rasanya berat, takut uang cepat habis. Tapi justru saat itu rezeki terasa seret, banyak masalah datang,” tuturnya, Rabu (10/9/2025).
Slamet akhirnya sadar setelah mendapat nasihat dari gurunya. “Sekarang saya coba belajar berbagi. Ternyata dengan sedekah, hati lebih tenang, usaha juga kembali lancar. Saya nggak mau lagi jadi orang kaya yang pelit, karena harta ini titipan Allah,” tambahnya.
Pelajaran Berharga
Kisah Slamet menjadi refleksi bahwa kekayaan sejati bukan terletak pada seberapa banyak harta yang dikumpulkan, melainkan seberapa besar keberanian untuk berbagi. Fenomena “semakin kaya semakin pelit” sejatinya bisa diubah, jika setiap orang menyadari bahwa harta hanyalah amanah yang harus memberi manfaat bagi orang lain.
***