Notification

×

Iklan

Iklan

Cara Menghargai Diri Sendiri: Belajar dari Nilai Hidup dan Pandangan Ulama

Senin, 06 Oktober 2025 | 22.48 WIB Last Updated 2025-10-06T15:49:25Z

Foto, ilustrasi. Pria dan wanita sedang merenungkan kembali tentang dirinya.

Queensha.id - Edukasi Sosial,


Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan sosial seperti sekarang, banyak orang kehilangan arah dalam menghargai dirinya sendiri. Mereka terlalu sibuk mengejar validasi orang lain, takut ditinggalkan, atau rela mengorbankan martabat demi diterima. Padahal, menghargai diri sendiri bukanlah kesombongan yang melainkan bentuk kesadaran spiritual dan sosial yang tinggi.


Daftar berikut menggambarkan 20 cara menghargai diri sendiri yang kini ramai dibahas di media sosial dan dunia psikologi. Namun, mari kita telaah lebih dalam dari sisi moral, sosial, dan spiritual termasuk pandangan ulama terkemuka di Indonesia dan pengamat sosial asal Jepara.


1. Berhentilah mencari orang yang tidak mencari Anda


Ulama besar KH. Quraish Shihab pernah mengatakan, “Allah menciptakan manusia untuk saling melengkapi, bukan memaksa diri diterima.” Jika seseorang tidak mencari Anda, mungkin Allah sedang menjauhkan dari hubungan yang tidak baik. Menghargai diri sendiri berarti tahu kapan harus berhenti.


2. Berhentilah mengemis


Bukan hanya dalam hal materi, tapi juga perhatian dan cinta. Dalam Islam, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Artinya, berusahalah menjadi pribadi yang memberi, bukan meminta terus-menerus.


3. Bicara secukupnya


Imam Al-Ghazali mengingatkan, “Lidah adalah cermin hati.” Orang yang bijak tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Dengan berbicara seperlunya, seseorang justru lebih dihargai dan dihormati.


4. Hadapi orang yang tidak menghormati Anda


Menurut KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), orang beriman tidak boleh diam terhadap penghinaan. Namun, cara menghadapi bukan dengan marah, tapi dengan tenang dan tegas. “Jaga marwahmu, tapi jangan jatuhkan dirimu dengan cara yang sama rendahnya,” ujarnya dalam salah satu tausiyah.


5–6. Jangan berlebihan menumpang atau berkunjung


Etika sosial Jawa—yang juga sejalan dengan ajaran Islam—mengajarkan prinsip tepa slira (tenggang rasa). Jangan makan di rumah orang berlebihan, jangan sering datang tanpa balasan kunjungan. Itu bukan gengsi, tapi menjaga kehormatan diri.


7. Berinvestasilah pada diri sendiri


Ulama NU asal Jepara, KH. Syamsul Ma’arif, menekankan pentingnya tazkiyatun nafs (penyucian diri). Ia mengatakan, “Berinvestasi pada diri bukan hanya soal uang, tapi tentang waktu, ilmu, dan kesehatan. Itulah bentuk syukur yang nyata kepada Allah.”


8–9. Hindari gosip dan jaga lisan


Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, “Cukuplah seseorang disebut berdosa bila ia menceritakan semua yang didengarnya.” Artinya, menjaga lisan adalah bagian dari menghormati diri sendiri dan orang lain.


10. Selalu tampil terbaik


Penampilan bukan sekadar gaya, tapi cerminan kepribadian. Islam mengajarkan kebersihan dan kerapian sebagai bagian dari iman. KH. Said Aqil Siradj pernah mengatakan, “Berpakaian sopan dan bersih bukan untuk pamer, tapi untuk menghargai anugerah tubuh dan kesempatan yang Allah beri.”


11–12. Sibukkan diri dengan tujuan dan hargai waktu


Waktu adalah amanah. Imam Syafi’i mengatakan, “Jika engkau tidak menyibukkan dirimu dengan kebaikan, maka keburukan akan menyibukkanmu.” Orang yang menghargai waktu tidak akan mudah diremehkan.


13. Jangan bertahan dalam hubungan yang merendahkan


Islam mengajarkan bahwa hubungan harus saling menguatkan. Jika sebuah hubungan membuatmu kehilangan martabat, lebih baik pergi dengan doa, bukan dengan kebencian. Ulama menegaskan, “Cinta sejati tidak menyakiti.”


14–16. Gunakan uang dengan bijak, memberi lebih baik daripada menerima


Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi harta.” Mengeluarkan uang untuk diri sendiri bukan boros, tetapi bagian dari penghargaan diri. Namun tetaplah hemat dan lebih suka memberi, karena kemuliaan datang dari keikhlasan.


17–19. Jaga sopan santun sosial


Etika sosial yang baik menunjukkan harga diri tinggi: tidak datang tanpa undangan, tidak memaksa interaksi, dan tahu kapan berhenti. Pengamat sosial asal Jepara, Purnomo Wardoyo, menyebut bahwa “kesadaran sosial modern sering hilang karena orang ingin diterima dengan cara memaksa," jelasnya.


Ia menambahkan, “Menghargai diri berarti juga menghargai batas orang lain.”


20. Jadilah ahli dalam bidangmu


Kepercayaan diri tumbuh dari kompetensi. Islam mendorong umatnya untuk menjadi yang terbaik dalam profesinya. “Allah mencintai seseorang yang jika bekerja, ia melakukannya dengan sungguh-sungguh,” (HR. Thabrani). Maka, sibukkan diri dengan prestasi, bukan perbandingan.



Pandangan Ulama Indonesia: Menghargai Diri Adalah Bagian dari Iman


Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), konsep izzah (kemuliaan diri) merupakan bagian dari iman. Islam menolak sifat rendah diri berlebihan, dan juga melarang kesombongan. Keseimbangan inilah yang disebut tawazun artinya menghargai diri tanpa merendahkan orang lain.


KH. Quraish Shihab menjelaskan dalam Tafsir Al-Mishbah, “Menghargai diri sendiri berarti sadar bahwa dirimu adalah ciptaan Allah yang berharga. Maka jangan biarkan siapapun merendahkanmu, termasuk dirimu sendiri.”



Jadi, menghargai diri bukan sekadar menjaga gengsi atau menolak kerendahan, tetapi bentuk penghormatan terhadap karunia Allah yang melekat pada setiap manusia. Dengan menghargai diri, kita belajar untuk tidak memaksa cinta, tidak mengemis perhatian, dan tidak membuang waktu di tempat yang salah.


Sebagaimana kata Gus Mus:


“Jangan kecilkan dirimu dengan berusaha disukai semua orang. Jadilah baik karena Allah, bukan karena ingin dianggap baik oleh manusia.”


***

Reporter: Queensha Jepara
Editor: Vico Mr. Bean
Tanggal: 6 Oktober 2025


×
Berita Terbaru Update