Notification

×

Iklan

Iklan

Mutiara yang Dibuang: Ketika Kasih Orang Tua Dicabik Kebencian Anak Sendiri

Selasa, 07 Oktober 2025 | 11.30 WIB Last Updated 2025-10-07T04:31:10Z

Foto, ilustrasi seorang ibu sudah tua renta.

Queensha.id - Edukasi Sosial,


Malam itu, suasana rumah megah milik Ridwan dan Sofi berubah menjadi panggung amarah. Bau tak sedap menyergap hidung, sisa makanan dan kotoran berserakan di ruang makan, lantai berdebu, dan di sudut, terlihat sosok ibu tua yang dengan hati-hati mencoba menyapu. Bukannya disambut welas asih, dia malah mendapat bentakan dan hinaan dari menantunya sendiri.


“Ini rumah bukan gudang, ibu!” suara Sofi menggema dalam kemarahan.


“Mama, sudahlah…” Ridwan mencoba menenangkan, namun Sofi malah berkata, “Kalau begitu, bawa saja ibu ke panti jompo!”


Kisah itu terhenti saat ditemukan sebuah buku lusuh tersembunyi di bawah kasur ibu, “Putriku Buah Hatiku”. Halaman-halamannya menyisakan luka dan cinta seorang ibu yang rela basah oleh air mata, muntahan, hingga kencing anaknya demi tumbuh sehat. Ketika Sofi membacanya, airmata mengalir dan penyesalan datang terlalu terlambat.


Ibu meninggal dunia di ruang perawatan panti jompo. Di balik tangis dan ratapan, tersingkap kenyataan pahit: anak yang durhaka menghadapi ibu dalam sunyi dan penyesalan.


Kisah ini membuka mata kita: durhaka kepada orang tua bukan hanya kekerasan fisik atau pengabaian materi, tetapi juga bisa berupa hati yang keras, ucapan melukai, dan sikap sia-sia.



Pandangan Ulama dan Ajaran Islam tentang Durhaka dan Berbakti


Hakikat Birrul Waalidain (Bakti kepada Orang Tua)


Islam sangat menekankan kewajiban berbakti kepada orang tua (birrul waalidain). Anak yang bertakwa kepada orang tua, menjaga tutur kata dan perbuatan lembut, akan mendapatkan cinta Allah dan keberkahan hidup.


Dalam Al-Qur’an (QS. Al-Isra’ 17:23-24), Allah memerintahkan agar kita:


“…jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan ‘ah’ kepada keduanya, dan janganlah engkau membentak mereka…”


Larangan menyakiti hati orang tua meski dengan ucapan sekecil “ah” menunjukkan betapa sensitif dan mulianya posisi orang tua di hadapan Allah.



Durhaka: Dosa Besar yang Peringatannya Tegas


Ulama menyepakati bahwa durhaka pada orang tua adalah dosa besar dalam Islam. Bahkan disebutkan bahwa dosa durhaka sering kali dipercepat balasannya dibanding dosa-dosa lain (meskipun semua dosa Allah bisa ampuni).


Khutbah Jumat di situs NU menyebutkan bahwa mendurhakai orang tua bisa menjadi penghalang masuk surga bila tidak ada pertobatan yang nyata.



Teladan Ulama dalam Berbakti


Dalam sejarah Islam, banyak ulama besar menunjukkan betapa cinta dan bakti kepada orang tua menjadi pondasi moral mereka:

  • Ulama kontemporer Indonesia seperti Habib Luthfi bin Yahya kerap menekankan pentingnya menjaga akhlak, termasuk terhadap orang tua — bahwa kasih sayang, menghormati, dan menghargai mereka adalah manifestasi iman.
  • Dalam jejak klasik, para ulama menyampaikan kisah keharuan tatkala melihat ibu tua, betapa mereka rela menangis, merendah, dan merawat orang tua hingga akhir hayatnya.



Nilai-nilai dari Kisah Ridwan dan Sofi


Kisah ini tidak sekadar drama emosional. Ada pelajaran mendalam yang mampu mengguncang nurani:

  1. Kesombongan mematikan empati
    Ridwan dan Sofi punya materi, tapi hati mereka “terlindungi” dari kelembutan. Sombong membuat mereka buta terhadap jasanya ibu.

  2. Durhaka bukan hanya fisik
    Membentak, merendahkan, dan mengasingkan — itu semua termasuk durhaka. Kasih ibu yang terluka semakin memperdalam luka batin.

  3. Penyesalan setelah kematian terlambat
    Tidak ada lagi kesempatan meminta maaf setelah ruh telah berpulang. Tangisan dan ampunan yang terlambat hanya menjadi ratapan menyayat.

  4. Cinta ibu tiada tandingnya
    Buku dan catatan lama ingin berkata: “Meski kau pernah membenciku, cintaku tak pernah padam.” Kisah itu mengingatkan bahwa kasih orang tua sangat agung dan panjang sabarnya.



Solusi: Menyulam Baiti Jannati demi Menebus Dosa Durhaka


Kisah Ridwan–Sofi memberi pelajaran bahwa memperbaiki hubungan dengan orang tua tidak boleh ditunda. Berikut beberapa langkah solusi praktis:


  1. Pertobatan sungguh-sungguh (taubat nasuha)
    Mengakui kesalahan, menyesal dalam hati, berjanji tidak mengulangi lagi, dan memohon ampun kepada Allah serta, jika masih memungkinkan, meminta maaf kepada orang tua.

  2. Nyatakan kasih dalam tindakan
    Jika orang tua masih hidup: dekati, bantu secara fisik, suarakan kata maaf, luangkan waktu berkualitas (berbicara, mendengarkan, merawat).
    Jika telah tiada: rajinlah mendoakan, sedekahkan amal atau bacaan untuk mereka, teruskan kebaikan di jalan mereka.

  3. Perbaiki komunikasi dan akhlak
    Latih diri untuk berbicara lembut, sabar, tidak membentak, menahan emosi, menghargai mereka secara verbal dan nonverbal.

  4. Membangun empati lewat cerita dan refleksi
    Membaca kisah-kisah ibu dan anak, menggali catatan masa lalu (seperti buku “Putriku Buah Hatiku”). Hal ini bisa membuka hati yang beku.

  5. Mencari nasehat ulama / pembimbing spiritual
    Jika konflik sudah berakar dan sulit dibuka kembali, seorang ustadz/ustadzah atau konselor muslim bisa memberi pendampingan, mediasi, dan pengarahan agar hubungan dipulihkan.

  6. Menanam kebiasaan berbakti dalam keluarga
    Ajarkan anak dan anggota keluarga lain untuk menghormati orang tua, memberi teladan kasih sayang sejak kecil agar budaya durhaka tidak diwariskan.



Jadi, kisah Ridwan dan Sofi menyedot perhatian bukan karena konflik sederhananya, tetapi karena ia cermin kemungkinan nyata di tengah banyak rumah tangga bahwa materi dan kenyamanan dunia bisa menjadi jebakan ketika hati meninggalkan rasa hormat dan kasih pada orang tua.


Umat Islam diperintahkan bukan sekadar mencari ridha Dunia, tetapi juga ridha Allah melalui ridha orang tua. Jika pernah kita durhaka mereka, jangan tunda untuk memperbaiki. Karena pintu taubat masih terbuka tapi waktu dan kesempatan kita terbatas.


Semoga kisah ini menjadi pengingat untuk menundukkan hati, membuka pintu maaf, dan menanamkan kasih setulusnya untuk orang tua. Karena tanpa mereka, kita takkan pernah sampai di dunia ini—dan di hari kemudian, tak ada pertolongan selain dari-Nya.


***

×
Berita Terbaru Update