Notification

×

Iklan

Iklan

Ibu Kaget Hadiah Juara Karate Rp2 Juta Jadi Rp300 Ribu: Video Viral, Pemprov NTT Angkat Bicara

Senin, 01 Desember 2025 | 09.37 WIB Last Updated 2025-12-01T02:38:39Z
Foto, tangkap layar dari unggahan media sosial.


Queensha.id — Kupang,


Sebuah video curhatan seorang ibu asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mendadak viral dan memicu gelombang pertanyaan publik soal transparansi hadiah kejuaraan olahraga. Dalam unggahan yang ditonton lebih dari 5,5 juta kali di TikTok, sang ibu mempertanyakan mengapa anaknya yang diumumkan berhak atas hadiah Rp2 juta hanya menerima Rp300 ribu.


Video itu diambil saat Pameran Pembangunan NTT BaGaYa. Sang ibu terlihat mendatangi panitia dan menanyakan ke mana sisa dana hadiah yang seharusnya diterima anaknya, juara pertama cabang karate.


“Diumumkan Rp2 Juta, Kenyataannya Saya Terima Rp300 Ribu," ucap kesalnya.


Dalam rekaman tersebut, sang ibu menjelaskan bahwa anaknya telah menunggu hadiah berbulan-bulan. Namun ketika akhirnya uang hadiah cair pada 25 November 2025, nominalnya jauh dari yang diumumkan di panggung.


“Tunggu tiga bulan, dapatnya cuma tiga ratus ribu. Katanya dua juta,” keluhnya dalam video.


Unggahan itu memantik diskusi publik terkait dugaan potongan hadiah, hingga membuat Pemprov NTT turun memberikan penjelasan.



Pemprov NTT: Hadiah Dibagi Sesuai Mekanisme Pembinaan


Frederick Koenunu, Ketua Panitia Pameran sekaligus Kepala Dinas Kominfo NTT, menyampaikan klarifikasi resmi. Ia menyebut pencairan hadiah mengikuti mekanisme anggaran pemerintah, dan aliran dana tersebut melewati beberapa instansi.


Karel Muskanan, Sekretaris Dispora NTT, mengungkapkan fakta yang memicu perdebatan: hadiah Rp2 juta memang tidak sepenuhnya diberikan kepada atlet, tetapi dibagi kepada atlet karate lainnya sebagai bentuk “solidaritas dan kebersamaan”. Menurutnya, pembagian dilakukan sepengetahuan atlet juara.



Diselesaikan dengan Pertemuan Internal


Pihak Dispora menyatakan perkara sudah diselesaikan melalui pertemuan bersama orang tua atlet, pelatih, dan FORKI NTT. Video keluhan juga disebut telah dihapus setelah penjelasan diberikan.


Meski demikian, publik masih memperbincangkan standar pembagian hadiah yang dianggap tidak transparan. Banyak yang menilai atlet dan orang tua berhak mendapatkan informasi jelas sejak awal.



Kasus Serupa di Sekolah: Hadiah Dipotong, Siswa Justru Dikeluarkan


Fenomena pemotongan hadiah bukan hal baru. Sebelumnya, seorang siswa SD di Tanjungpinang dikeluarkan dari sekolah setelah orang tuanya memprotes hadiah lomba pidato sebesar Rp4 juta yang dipotong menjadi Rp1,9 juta. Kasus itu juga mengundang kecaman luas dan menyoroti praktik pengelolaan hadiah lomba yang tidak konsisten.



Sorotan Publik: Transparansi Harus Dibenahi


Kasus ini kembali membuka diskusi soal pentingnya transparansi dalam penyelenggaraan lomba, baik di tingkat sekolah maupun pemerintah daerah. Publik menilai bahwa atlet yang berprestasi justru perlu diberi penghargaan penuh, bukan menanggung potongan tanpa penjelasan memadai.


“Atlet sudah berjuang keras. Kalau hadiah diumumkan Rp2 juta, ya harus diterima Rp2 juta. Jangan membuat mereka kecewa,” tulis salah satu warganet di kolom komentar.


Walau dinyatakan tuntas oleh pemerintah, diskursus di media sosial menunjukkan persoalan belum benar-benar mereda.


***
Sumber: TN.