Queensha.id - Edukasi Sosial,
Setiap Hari Raya Iduladha tiba, halaman masjid, lapangan, dan halaman rumah warga mendadak dipenuhi suara gemuruh kambing, sapi, dan domba yang akan dikurbankan. Namun, ada satu hal yang mungkin luput dari perhatian masyarakat awam: mengapa hewan kurban hampir selalu jantan?
Pertanyaan ini bukan hanya muncul di tengah anak-anak kecil yang penasaran, tetapi juga menjadi bisikan orang dewasa yang belum pernah benar-benar mencari tahu alasannya. Nah, mari kita bahas jawabannya secara tuntas.
Bukan Soal Gender, Tapi Kualitas
Alasan utama mengapa hewan kurban dipilih yang jantan bukan karena alasan gender semata. Dalam ajaran Islam, hewan kurban haruslah yang terbaik dan paling layak. Nah, secara umum, hewan jantan lebih unggul dalam hal:
• Ukuran tubuh yang lebih besar
• Daging yang lebih banyak
• Lebih mudah diternakkan tanpa mengganggu regenerasi ternak
"Jika setiap Iduladha yang dikurbankan adalah betina, maka populasi ternak bisa menurun drastis," ujar Dr. Ahmad Mujib, Dosen Fakultas Peternakan di sebuah universitas negeri di Yogyakarta.
Regenerasi Ternak Harus Dijaga
Seekor betina bisa melahirkan berkali-kali dalam hidupnya. Dalam dunia peternakan, betina dianggap aset produktif. Karena itu, menyembelih betina apalagi dalam jumlah besar akan mengganggu siklus reproduksi hewan ternak.
Sementara itu, seekor jantan—meskipun bisa membuahi banyak betina—tidak terlalu dibutuhkan dalam jumlah besar. "Satu pejantan bisa membuahi puluhan betina. Artinya, kehilangan satu atau dua pejantan tidak akan berdampak signifikan bagi populasi ternak," lanjut Dr. Mujib.
Kriteria Kurban dalam Islam
Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, disyariatkan bahwa hewan kurban harus:
1. Sehat
2. Tidak cacat
3. Cukup umur (misalnya, kambing minimal 1 tahun)
4. Dan lebih utama jika jantan
Memang, Islam tidak melarang hewan betina untuk dijadikan kurban. Namun, lebih dianjurkan jantan, selama kualitasnya lebih baik dan memenuhi syarat.
Ada Nilai Simbolik juga di Balik Hewan Jantan
Beberapa ulama juga menyebut bahwa hewan jantan memiliki nilai simbolik: sebagai representasi kekuatan, keteguhan, dan pengorbanan yang besar. Karakteristik ini sejalan dengan semangat Iduladha, yaitu ketaatan total Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya demi perintah Allah SWT—sebuah simbol keikhlasan dan kepasrahan total.
Kesimpulan: Bukan Larangan, Tapi Pertimbangan
Jadi, kalau kamu melihat hewan-hewan kurban di lingkunganmu semuanya jantan, itu bukan karena betina dilarang. Namun lebih karena alasan praktis, regeneratif, syariat, dan simbolik yang saling berkaitan.
“Boleh saja kurban betina, asal sehat dan memenuhi syarat. Tapi dalam praktiknya, jantan memang lebih disukai karena pertimbangan yang sudah disebutkan tadi,” pungkas Dr. Mujib.
Iduladha bukan sekadar tentang daging, tapi tentang makna di balik pengorbanan. Dan di balik suara mengembik atau melenguh itu, tersimpan banyak pelajaran yang kadang luput dari pandangan.
***
Sumber: BS.