Notification

×

Iklan

Iklan

Stop Ajarkan Mental Miskin pada Anak: Saatnya Bangun Generasi Pemberani dan Visioner

Jumat, 30 Mei 2025 | 09.12 WIB Last Updated 2025-05-30T02:14:29Z
Foto, ilustrasi seorang ayah menasehati anaknya.


Queensha.id - Edukasi Sosial,

Di tengah era globalisasi dan persaingan yang kian kompetitif, banyak orang tua masih tanpa sadar mewariskan pola pikir yang membatasi potensi anak. Sebuah unggahan dari komunitas Fast Growing dengan tajuk “Stop Ajarkan Mental Miskin Pada Anak” menggugah kesadaran publik tentang bahaya kalimat-kalimat yang secara tidak langsung mematikan semangat dan ambisi generasi penerus.


Warisan Kalimat yang Membatasi

Dalam unggahan tersebut, sejumlah contoh kalimat ditampilkan sebagai bentuk warisan mental miskin, seperti:

1. "Uang bukan segalanya."

2. "Kita orang susah, hidup seadanya aja."

3. "Jangan mimpi ketinggian, nanti sakit kalau jatuh."


Kalimat-kalimat ini sekilas terdengar bijak, namun sesungguhnya menyimpan pesan pembatas yang dapat menanamkan rasa takut, inferioritas, dan mentalitas pasrah dalam diri anak.

Menurut pengamat pendidikan karakter, Dr. Lilis Suryani, M.Psi., kalimat-kalimat semacam ini menciptakan tembok mental yang sulit ditembus. “Anak-anak yang tumbuh dengan pemahaman bahwa mereka tidak boleh bermimpi terlalu tinggi akan kehilangan keberanian untuk mengejar potensi maksimalnya,” ujarnya saat diwawancara oleh tim kami, Jum'at (30/5).

Bahaya Mental Miskin

Mental miskin bukan soal jumlah uang di dompet, tetapi soal cara berpikir yang sempit dan takut gagal. Saat anak dibesarkan dengan pola pikir ini, mereka cenderung:

1. Takut mengambil risiko

2. Merasa tidak layak meraih kesuksesan

3. Mudah puas dengan keadaan

4. Enggan bermimpi besar


Hal ini bertolak belakang dengan tuntutan zaman yang menuntut kreativitas, keberanian, dan kemandirian tinggi.

Bangun Mentalitas Pemenang

Dalam unggahan yang sama, Fast Growing Community menyerukan pentingnya mendidik anak untuk memiliki mental berani, mandiri, dan berpikir besar. Mereka menekankan bahwa orang tua perlu mengganti kalimat-kalimat penghambat dengan afirmasi positif, seperti:

1. "Kamu boleh bermimpi setinggi langit."

2. "Kalau kamu mau belajar dan kerja keras, kamu bisa jadi apapun."

3. "Kegagalan itu bagian dari proses menuju sukses."


Dengan memberikan dukungan emosional yang tepat, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tahan banting, dan visioner—kualitas yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi masa depan.

Menuju 2030: Generasi Sukses Dimulai dari Rumah

Komunitas Fast Growing menutup unggahan mereka dengan slogan: “Community 2030 must be successful”. Sebuah pengingat bahwa masa depan sebuah bangsa tidak dibangun di ruang seminar, tetapi di ruang makan, kamar tidur, dan obrolan ringan antara orang tua dan anak.

Mendidik anak bukan hanya soal memberi makan dan menyekolahkan, tetapi juga tentang menanamkan keberanian bermimpi dan keyakinan bahwa mereka layak untuk sukses.

Akhir Kata

Mari bersama-sama ciptakan generasi emas yang berpikiran besar dan tidak dibelenggu oleh warisan ketakutan. Ubah narasi, ubah masa depan.

***
Sumber: BS.
Oleh: Redaksi Fast Growing Community.

×
Berita Terbaru Update