Queensha.id - Jepara,
Sebuah unggahan dari pemilik akun Facebook bernama M Abdul Hakim baru-baru ini menyedot perhatian warganet. Dengan gaya tutur khas Jawa dan emosional, ia mengungkapkan kekecewaan dan keprihatinannya terhadap realitas kelam yang dihadapi sebagian perempuan di dunia kerja, khususnya di sektor pabrik.
“Biso opo ora lur nek wong wedok kui ora usah kerja pabrik???”
(Bisa nggak sih, perempuan itu nggak usah kerja di pabrik??), " tulisnya di awal unggahan, membuka suara kegelisahan hati yang mewakili banyak orang tua dan saudara laki-laki.
Unggahan ini menjadi viral setelah mengangkat isu pelecehan, intimidasi, dan eksploitasi seksual terhadap perempuan pekerja pabrik yang kerap tidak mendapatkan perlindungan yang layak. Abdul Hakim bahkan menyebut seorang anak dari temannya nyaris menjadi korban predator di lingkungan kerja.
“Dijaluki barang, duit n kehormatan jg ”
(Diminta barang, uang, dan juga kehormatannya)
Ketika “Staycation” Jadi Syarat Kontrak
Dalam unggahannya, Abdul Hakim juga menyentil maraknya pemberitaan tentang oknum atasan yang menyaratkan “staycation di hotel” sebagai bagian dari proses perpanjangan kontrak kerja.
Hal ini membuat pikirannya melayang pada nasib anak-anak perempuan yang mencoba mencari nafkah, namun harus berhadapan dengan ancaman moral dan fisik.
“Pas weruh n moco berita viral soal 'staycation' nang hotel nggo syarat perpanjang kontrak, kok pikiranku mrono-mrono, " ujarnya, dalam unggahan akun Facebook nya, Jum'at (30/5).
Kisah itu tidak hanya membuatnya marah, tetapi juga sedih karena realita di lapangan sangat kejam. Ia menekankan bahwa para perempuan itu bekerja bukan untuk bersenang-senang, melainkan demi membantu orang tua yang kadang harus berutang demi menyekolahkan mereka.
“Tego banget kok ora mikir wong tuwone wis ngurus n nyekolahke anak wedoke ngasi direwangi utang-utang, "
Solusi: Membangun Ekonomi Keluarga, Mulai dari Usaha Kecil
Unggahan tersebut tidak berhenti pada keluhan. Di bagian akhir, Abdul Hakim justru menyemangati diri sendiri dan orang lain untuk memulai perubahan—dengan membangun usaha kecil agar perempuan tidak harus bergantung pada kerja di pabrik yang kadang berisiko tinggi.
Ia menyebut sedang merintis bisnis PUJAB (Penghilang Noda Pakaian), produk yang aman untuk pakaian putih dan berwarna. Bisnis ini diharapkan bisa jadi alternatif pendapatan tanpa harus mengorbankan harga diri dan keselamatan.
“Takakoni aq telat, umur sak mene nembe mulai ngrintis usaha. Tp mending telat daripada ora sama sekali, " sebutnya.
Reaksi Netizen: Haru dan Dukung
Unggahan tersebut mendapatkan ratusan komentar dan ribuan dibagikan. Banyak netizen merasa tersentuh, terutama karena suara seperti ini jarang datang dari pria. Sebagian besar mengamini bahwa perempuan pekerja pabrik memang rentan dan perlu perlindungan hukum serta solidaritas sosial.
Catatan Redaksi:
Realita pekerja perempuan di sektor informal dan pabrik memang masih menjadi pekerjaan rumah besar bangsa ini. Suara seperti Abdul Hakim adalah pengingat keras bahwa dibalik gaji UMR, ada harga diri dan kehormatan yang tak bisa dibayar dengan uang. Semoga makin banyak pihak yang peduli, dan makin sedikit perempuan yang harus bertaruh nyawa dan harga diri demi sesuap nasi.
***
Oleh: Tim Redaksi
Sumber: Akun Facebook M Abdul Hakim.