Queensha.id - Jepara,
Pulau Jawa dikenal sebagai lumbung tradisi dan budaya yang kaya, salah satunya tercermin dalam kegiatan sosial masyarakatnya, seperti hajatan dan kondangan. Di Kabupaten Jepara, yang terletak di pesisir utara lereng Gunung Muria, ada tradisi khas bernama “Uleman”, yang tak hanya menjadi simbol undangan tetapi juga bentuk penghormatan sosial antar warga.
Istilah Uleman berasal dari kata “ulem-ulem” yang dalam bahasa Jawa berarti undangan. Namun dalam praktiknya, Uleman lebih dari sekadar undangan. Ia menjadi ajang solidaritas masyarakat, di mana tamu datang tidak hanya dengan doa, tetapi juga membawa "kado" biasanya berupa amplop uang, sembako, hingga… satu slop rokok.
"Ya, satu slop rokok",
Tradisi Membawa Slop Rokok
Di Jepara dan kawasan eks-Karesidenan Pati seperti Kudus, Demak, Pati, hingga Grobogan dan Purwodadi, membawa satu slop rokok saat menghadiri kondangan sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Mulai dari Desa Kuwasen, Kelet, hingga Kecamatan Kembang, tradisi ini masih dijaga hingga hari ini.
Pada era 1980-an hingga awal 2000-an, rokok Djarum 76 dan Djarum Super menjadi "kado wajib" bagi tamu laki-laki. Namun, setelah tahun 2005, banyak warga mulai beralih ke merek Sukun, yang harganya lebih terjangkau. Tradisi ini pun menjadi bahan candaan sekaligus perbincangan serius di media sosial lokal.
Dalam sebuah unggahan akun @Rxxxxx di forum lokal Jepara, Sabtu malam (31/5/2025), muncul pertanyaan bernada nostalgia:
“Takon lur umpomo nyumbang wong mantu rokok tenor kretek macem tah orak...soale biyen wonge nyumbang djarum 76...”, tulisan unggahan akun Facebook @Rxxxxx di forum lokal Jepara.
Komentar-komentar pun bermunculan, mencerminkan bagaimana masyarakat menanggapi fenomena ini, antara logika ekonomi, sentimen sosial, hingga guyonan khas orang Jawa:
“Aku bien dokok rokok Sukun, balik e duwet 5rb... bosok sisan. Iku ibarate nandur wet gedang, uwohe mahoni.”
“Sumbang rokok Marlboro kretek wae, Marlboro kan produk terkenal.”
“Yo nek danane cukupe go baleake rokok iku rapopo, tapi nek danane ono luwih, kei sing rado macem kui, luwih apik ben seneng.”
“Sak senengmu, kang... tapi paling nggak, hormati sing punya gawe.”
Lebih dari Sekadar Rokok
Tradisi Uleman dengan slop rokok sejatinya menyimpan makna yang lebih dalam. Ia bukan hanya persoalan nominal atau harga merek, melainkan tentang rasa hormat dan kebersamaan. Bagi sebagian warga, memberi rokok merek tertentu dianggap simbol status sosial dan penghargaan kepada tuan rumah.
Namun di sisi lain, muncul juga perdebatan: apakah tradisi ini masih relevan di tengah naiknya harga rokok dan semakin banyaknya warga yang sadar akan kesehatan?
Seiring waktu, beberapa keluarga kini memilih memberi uang tunai atau sembako sebagai bentuk Uleman, terutama bagi tamu perempuan yang biasanya membawa baskom berisi beras atau gula, ditutupi serbet makan — bentuk sederhana namun penuh makna.
Warisan yang Perlu Dipahami
Tradisi Uleman di Jepara bukan sekadar bentuk kondangan. Ia adalah cerminan nilai gotong royong, ngajeni (menghormati), dan kebersamaan yang telah mengakar kuat dalam masyarakat Jawa.
Dalam dinamika zaman dan gaya hidup modern, tradisi ini mungkin akan berubah. Namun esensinya tetap: menghadiri hajatan bukan hanya urusan perut kenyang, tapi juga cara menjalin silaturahmi dan menunjukkan kepedulian, dalam bentuk yang sekiranya pantas.
Karena pada akhirnya, dalam bahasa orang Jepara:
“Yo rak macem arra, nek iso yo diunggahi… opo sepadan ngono? Sempurna, legit, gan. Wes, macem!”
***
Sumber: Isj.