Notification

×

Iklan

Iklan

Buka Facebook Malah Diajak Gelut, Belajar dari Konflik Kecil di Jepara agar Tak Meledak di Dunia Maya

Minggu, 22 Juni 2025 | 08.50 WIB Last Updated 2025-06-22T01:55:29Z

Foto, tangkap layar dari unggahan akun Facebook Karnadi Oioi.

Queensha.id -  Jepara,

Sebuah unggahan dari akun Facebook bernama Karnadi Oioi mendadak menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet Jepara. Dalam unggahannya, ia menyampaikan kekesalan karena melihat percakapan bernada menantang di kolom komentar maupun pesan pribadi (inbox) yang semestinya tak perlu terjadi.

"Uwes atos tenan cah iki ngajak petuk an ngajak tukaran," tulisnya dalam unggahan Sabtu (21/6/2025) yang menyiratkan bahwa ada seseorang yang secara terang-terangan mengajak bertemu untuk berkelahi. "Bukak FB malah disuguhi wacanan mengkene," lanjutnya, menyatakan kekecewaan karena setelah lelah bekerja dan berharap hiburan, justru malah disuguhi konflik.

Bersamaan dengan unggahan tersebut, akun ini juga membagikan tangkapan layar (screenshot) percakapan via Facebook Messenger antara dua pengguna, salah satunya menggunakan nama “Songgo Langit”. Percakapan bernuansa bahasa Jawa itu terlihat mengarah pada perdebatan emosional yang berkembang karena miskomunikasi.

Di sisi lain, diketahui bahwa akun Songgo Langit juga memasarkan sepeda motor modifikasi jenis MX melalui grup Facebook bernama “Lapak Racing Jepara”. Unggahan motor tersebut menyebut spek 177cc dan ditujukan untuk keperluan harian atau kerja. Namun, entah mengapa, terjadi friksi antara pengunggah dan pihak lain yang merasa tidak senang, dan akhirnya merembet menjadi konflik personal.

Dari percakapan yang viral itu, muncul indikasi bahwa perselisihan awalnya mungkin hanya masalah sepele dan bisa jadi soal gaya berbicara, komentar yang dianggap menyinggung, atau salah tangkap dalam maksud unggahan jualan motor. Sayangnya, konflik tersebut justru menjurus ke ajakan bertemu untuk menyelesaikan dengan kekerasan.


Cermin Fenomena Sosial Digital

Fenomena ini bukan hanya perkara dua individu bertengkar di media sosial. Ini adalah potret nyata bagaimana komunikasi digital yang tidak diiringi pemahaman dan empati dapat berubah menjadi bumerang. Bahasa sarkas, ejekan, atau tantangan yang mungkin dimaksudkan bercanda, bisa ditafsirkan berbeda dan memicu pertengkaran sungguhan.

Psikolog sosial, Dr. Ika Nurhayati, menjelaskan bahwa media sosial memperpendek jarak emosi. “Karena kita tidak tatap muka, kontrol terhadap emosi dan etika jadi longgar. Padahal, di balik layar, tetap ada manusia yang bisa tersinggung atau terpancing emosi,” jelasnya.


Pentingnya Literasi Digital dan Etika Komunikasi

Apa yang terjadi antara pengguna akun Songgo Langit dan orang yang mengajaknya 'petuk' seharusnya bisa dicegah. Literasi digital bukan sekadar tahu cara memakai media sosial, tapi juga memahami cara menyampaikan pendapat tanpa menyulut konflik.

Netizen, khususnya warga Jepara yang aktif di grup jual beli atau komunitas otomotif, perlu menumbuhkan budaya saling menghargai. Tidak semua komentar atau gaya bicara bisa diterima semua orang, terlebih dalam percakapan daring yang minim konteks ekspresi.


Mengubah Emosi Jadi Energi Positif

Daripada terpancing ajakan bertengkar, para pengguna media sosial sebaiknya lebih memilih jalur dialog atau bahkan diam jika situasi tidak kondusif. Menanggapi secara emosional hanya memperbesar masalah, bahkan bisa berdampak ke dunia nyata.

Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa platform media sosial semestinya menjadi tempat berbagi informasi, hiburan, bahkan rezeki dan bukan medan pertarungan harga diri yang berujung keributan.


Jadi, mari kita jaga media sosial sebagai ruang yang positif dan produktif. Jangan biarkan emosi sesaat mengalahkan akal sehat. Gunakan kata-kata yang membangun, bukan merusak. Karena pada akhirnya, jejak digital akan terus tertinggal, dan bisa menjadi bahan penyesalan di masa depan.

***

Sumber: Akun Facebook.

Penulis: Tim Jurnalistik Sosial Jepara.



×
Berita Terbaru Update