Foto, ilustrasi seorang istri yang lelah. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Unggahan akun Facebook Rahma Fitri tentang “Tanda-Tanda Kamu Capek Jadi Istri” menjadi viral dan menyentuh hati banyak perempuan Indonesia. Dalam postingannya, Rahma mengungkap realitas emosional yang kerap tersembunyi di balik senyum para istri: letih, tangis diam-diam, dan keinginan untuk sekadar ‘bernapas sejenak’ dari peran yang mereka jalani.
Berikut kutipan isi unggahan tersebut:
TANDA-TANDA KAMU CAPEK JADI ISTRI
- Mudah Marah Tidak Jelas
- Merasa Semua Harus Kamu Urus Sendiri
- Nangis Diam-Diam Tapi Gak Tahu Alasannya
- Tak Lagi Menikmati Momen Bareng
- Ingin Pergi Tapi Gak Tahu Kemana
Postingan ini mencerminkan sebuah fenomena sosial yang tidak bisa dianggap remeh: kelelahan emosional istri dalam rumah tangga. Di balik dapur yang wangi, anak-anak yang terurus, dan rumah yang bersih, sering kali ada perempuan yang sedang berjuang melawan kelelahan batin yang tak bisa ia bagi.
Mengenal “Mental Load” Istri
Psikolog menyebut beban ini sebagai mental load — tekanan psikologis akibat banyaknya hal yang harus dipikirkan dan dilakukan. Tidak hanya pekerjaan rumah tangga secara fisik, tapi juga beban mengatur semuanya: jadwal imunisasi anak, keuangan rumah, kebutuhan suami, hingga menjaga emosi agar rumah tetap harmonis.
“Sering kali perempuan merasa kalau ia tidak mengurus semua hal, rumah akan kacau. Perasaan ini muncul bukan karena suaminya tidak bisa, tapi karena kebiasaan menanggung semuanya sendirian,” ujar Rista Maharani, Psikolog Keluarga dari Semarang.
Berani Komunikasi dan Berbagi Peran
-
Bicara Jujur ke Suami
Banyak istri terjebak dalam peran sempurna, padahal rumah tangga adalah kerja sama. Ungkapkan rasa lelah tanpa menyalahkan, dan ajak pasangan untuk ikut memahami beban yang ada. -
Bagi Tugas, Bukan Sekadar Dibantu
Kata “bantu” sering mengisyaratkan bahwa tugas utama ada pada istri. Padahal suami pun punya tanggung jawab yang setara. Sepakati pembagian peran yang adil. -
Ambil Waktu Jeda
Waktu untuk diri sendiri bukan egois. Sebentar membaca buku, duduk sendiri di kafe, atau ikut pengajian bisa menjadi pengisi ulang energi. -
Dukung Sistem Dukungan (Support System)
Jangan ragu meminta bantuan dari keluarga atau teman. Lingkungan yang suportif akan mengurangi tekanan mental.
Istri Dimuliakan, Bukan Diperbudak
Islam sangat menjunjung tinggi peran istri. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi)
Istri bukan pelayan suami, melainkan mitra sejati dalam membangun rumah tangga. Dalam Islam, suami berkewajiban menafkahi, melindungi, dan memperlakukan istrinya dengan lemah lembut.
Umar bin Khattab RA bahkan pernah menegur seorang suami yang kasar terhadap istrinya, dan berkata, “Apakah kamu tidak malu memperlakukan wanita yang telah bersabar mengandungmu, melahirkan anakmu, dan mengurus rumahmu?”
Kewajiban Seorang Istri dalam Islam Istri Dimuliakan, Bukan Diperbudak
Meski Islam memberikan kehormatan besar pada istri, tetap ada kewajiban yang harus dijalankan, seperti:
- Taat kepada suami dalam hal yang tidak melanggar syariat.
- Menjaga kehormatan diri dan rumah tangga.
- Mengelola rumah tangga dengan baik (bukan berarti melakukan semuanya sendiri).
- Mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan akhlak mulia.
Namun penting diingat, Islam tidak pernah membebankan sesuatu di luar kemampuan. Jika istri merasa kelelahan, Islam tidak memaksanya untuk terus diam. Justru membuka ruang untuk solusi, diskusi, dan keadilan.
Istri Juga Manusia, Bukan Superwoman
Menjadi istri bukan berarti kehilangan hak untuk merasa lelah. Justru, dengan memahami tanda-tanda kelelahan ini, keluarga bisa saling menjaga, saling menguatkan. Rumah tangga bukan panggung pencitraan, melainkan tempat saling meneduhkan.
Mari kita mulai dari yang sederhana: tanyakan pada pasangan kita hari ini, “Kamu capek nggak? Ada yang bisa aku bantu?”
Karena rumah tangga bukan tentang siapa yang paling kuat, tapi tentang siapa yang paling peduli.
***
Sumber: Rahma Fitri.