Breaking News

Desa Bedono Demak, Ketika Laut Menghapus Jejak Peradaban

Foto, peta wilayah kecamatan Sayung, Demak.

Queensha.id - Demak,

Di ujung utara Kabupaten Demak, tepatnya di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, jejak-jejak kehidupan masa lalu kini tinggal kenangan. Abrasi pantai dan naiknya air rob perlahan namun pasti telah menggerus daratan, menenggelamkan rumah-rumah, memecah belah komunitas, dan merubah wajah geografis desa secara drastis. Sejak tahun 1980, bencana ini terus menggerogoti wilayah yang dulunya subur dan padat penduduk.

Dalam peta lama, Desa Bedono merupakan kawasan hidup yang terdiri dari berbagai pedukuhan: Bedono, Wonosari, Morosari, Pandansari, Sarirejo, Tambaksari, Mondoliko, dan Rejosari. Semuanya dulunya dipisahkan oleh hamparan sawah hijau yang subur dan menjadi penopang ekonomi warga. Namun kini, beberapa di antaranya telah hilang tanpa jejak.

Salah satu contohnya adalah Dukuh Rejosari. Dalam citra terbaru Google Maps, lokasi pedukuhan ini sudah tak terlihat lagi. Rumah-rumah penduduk telah dihapus oleh gelombang laut, menyisakan deretan pohon mangrove sebagai benteng alami terakhir. Di tengah laut, tampak hamparan hijau mangrove berdiri di tempat yang dulunya adalah halaman rumah dan jalan-jalan desa.

Kondisi serupa juga terjadi di Tambaksari, tempat peristirahatan terakhir Mbah Syeh Mudzakir, seorang ulama kharismatik yang dulunya dihormati di wilayah ini. Makamnya kini tampak seperti sebuah pulau kecil di tengah lautan, hanya bisa diakses menggunakan perahu dari dermaga kecil di Dukuh Morosari yang tersisa.

Dukuh Pandansari pun tidak luput dari dampak abrasi. Dalam perbandingan antara peta lama dan peta baru, terlihat luas wilayah ini telah menyusut. Warganya banyak yang memilih pindah demi mencari tempat tinggal dan penghidupan yang lebih layak dan aman dari ancaman air laut.

Sementara itu, Dukuh Mondoliko dan Bedono masih bertahan. Meski demikian, akses transportasi di kedua wilayah ini kini sangat tergantung pada kondisi rob. Jalan-jalan yang dulunya bisa dilalui dengan kendaraan kini kerap tergenang, menyerupai sungai yang memaksa warga ekstra hati-hati saat melintas.

Dukuh Morosari memiliki kisah tersendiri. Sebelum abrasi menjadi musuh utama, wilayah ini sempat menjadi destinasi wisata andalan Kabupaten Demak. Deretan warung makan di bibir pantai menyuguhkan panorama laut dan sajian seafood segar. Kini, semuanya tinggal cerita. Bangunan-bangunan itu lenyap digulung ombak, menyisakan kesunyian yang menyayat hati.

Perubahan yang terjadi di Desa Bedono bukan sekadar hilangnya tanah atau bangunan, melainkan juga terhapusnya sejarah, kenangan, dan jalinan sosial masyarakat yang telah terbina selama puluhan tahun. Ini adalah potret nyata bahwa abrasi bukan hanya bencana alam, tapi juga bencana kemanusiaan.

Jika tidak ada upaya serius untuk menghentikan laju abrasi, maka ancaman yang menimpa Desa Bedono bisa menjadi kenyataan pahit bagi desa-desa tetangganya seperti Timbulsloko dan Surodadi, yang juga terletak di pesisir Laut Jawa.

Bedono adalah peringatan. Bahwa jika alam tak dijaga, maka ia akan mengambil kembali apa yang dulu dipinjamkan. Kini, saatnya berpikir dan bertindak—sebelum sejarah kembali tenggelam oleh gelombang.

***

(Ditulis oleh: Pak Muin)

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia