Foto, sayur-sayuran di pasar. |
Queensha.id - Jepara,
Kenaikan tajam harga sejumlah kebutuhan pokok dan sayuran terjadi di berbagai pasar tradisional di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Lonjakan harga ini diduga kuat sebagai imbas dari aksi demonstrasi para sopir truk yang menolak kebijakan over dimension over load (ODOL).
Pantauan di Pasar Jepara 1 menunjukkan kenaikan signifikan harga sayur-sayuran. Nur Sadiyah, salah satu pedagang, mengeluhkan harga cabai dan sayuran yang kini nyaris dua kali lipat dari harga normal. "Harga wortel per lima kilo biasanya Rp40 ribu, sekarang sampai Rp80 ribu. Sayurnya juga nggak segar, layu semua. Mungkin ini stok lama yang tertahan," ungkap Nur, Jumat pagi (20/6).
Tak hanya wortel, komoditas lain seperti kol pun melonjak dari harga Rp17–20 ribu menjadi Rp40 ribu per lima kilogram. Cabai keriting yang semula dijual Rp18 ribu per kilogram kini naik menjadi Rp25 ribu. Sementara cabai rawit merah atau yang biasa disebut cabai setan, mengalami lonjakan dari Rp40 ribu menjadi Rp65 ribu per kilogram.
"Baru hari ini naiknya drastis. Katanya sih karena demo sopir truk. Jalur distribusi terganggu," tambah Nur.
Kondisi serupa juga terjadi di Pasar Welahan. Wahyu Winarti, pedagang setempat, mengungkapkan harga cabai naik drastis dari Rp13 ribu menjadi Rp22 ribu per kilogram. "Yang naik drastis cabai. Kalau bawang sih masih stabil, belum ada perubahan harga," ujar Wahyu.
Akar dari kenaikan harga ini merujuk pada aksi mogok ratusan sopir truk di Terminal Jati, Kudus, Kamis (19/6). Para sopir yang tergabung dalam aliansi sopir truk Eks Karesidenan Pati menyuarakan penolakan terhadap penerapan kebijakan ODOL yang dinilai merugikan mereka.
Dengan membawa berbagai spanduk dan poster bertuliskan penolakan ODOL, para sopir meminta pemerintah mengevaluasi kebijakan tersebut. Mereka menilai, regulasi ODOL tidak hanya memukul sektor logistik, namun juga memicu efek domino ke sektor perdagangan, termasuk distribusi bahan pangan.
Kebijakan ODOL sendiri merupakan upaya pemerintah untuk menertibkan muatan berlebih pada kendaraan logistik demi keselamatan dan kelestarian infrastruktur jalan. Namun, kebijakan ini mendapat resistensi karena dianggap belum dibarengi dengan kesiapan fasilitas distribusi dan biaya operasional yang memadai.
Akibat terganggunya distribusi barang dari daerah sentra produksi sayur seperti Dieng, Magelang, hingga wilayah Boyolali dan Temanggung, stok sayuran di pasar-pasar Jepara menipis dan harganya meroket.
Para pedagang berharap aksi unjuk rasa segera menemukan jalan tengah agar distribusi kembali lancar. "Kami pedagang kecil kena imbas. Pembeli ngeluh, kita juga bingung harus jual berapa,” ujar Nur Sadiyah.
Jika tidak segera ditangani, lonjakan harga ini dikhawatirkan akan terus membebani masyarakat, terutama menjelang bulan-bulan sibuk seperti awal tahun ajaran baru dan Idul Adha.
***
Sumber: Mtv.
0 Komentar