Breaking News

Iran vs Israel: Pertandingan Sepak Bola Berbalut Perang, Dunia Menanti Peluit Damai dari Indonesia

Foto, ilustrasi. Iran Vs Israel dalam dunia politik perang dan olahraga sepakbola. Karya: AR.

Queensha.id - Olahraga,

Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel kini tak hanya menjadi tajuk utama di layar berita, tapi juga diibaratkan sebagai pertandingan sepak bola paling panas abad ini. Dalam laga tanpa stadion, tanpa wasit resmi, namun dengan dampak yang nyata dan mematikan, kedua negara terus bertukar serangan seperti tim yang bermain tanpa strategi bertahan.

Di “menit-menit awal,” Israel tampil dominan. Melalui serangkaian manuver militer yang disebut-sebut sebagai upaya “mencetak gol,” negara itu melancarkan serangan udara yang menargetkan titik-titik strategis milik Iran, bahkan disebut-sebut mengincar para elite politik dan militer Negeri Para Mullah.

Namun Iran, layaknya tim dengan skema serangan balik cepat, tak tinggal diam. Lewat teknologi drone tempur dan rudal jarak jauh, Iran meluncurkan balasan yang mengguncang posisi pertahanan Israel. “Gawang” pertahanan udara Israel kewalahan menghadapi serangan mendadak yang datang bertubi-tubi, menimbulkan kerusakan di sejumlah titik dan memicu kepanikan di dalam negeri.

Sementara kedua “tim” berjibaku di lapangan konflik, tribun penonton dunia tak kalah hiruk-pikuk. Amerika Serikat, seperti suporter garis keras, memberikan dukungan terbuka untuk Israel—mulai dari pernyataan diplomatik hingga pengiriman perlengkapan militer canggih. Di sisi lain, Rusia tampil sebagai pendukung strategis Iran, memberi dukungan moral dan politik yang mempertegas bahwa “pertandingan” ini bukan sekadar duel dua negara, melainkan tarikan kekuatan besar dunia.

Di tengah sorakan, provokasi, dan gemuruh dentuman di lapangan, sorotan dunia kini mengarah ke Indonesia. Negara yang sejak era Konferensi Asia Afrika dikenal menjunjung tinggi prinsip non-blok dan diplomasi damai, dipandang punya posisi ideal sebagai wasit netral di tengah panasnya konflik.

Harapan itu kian nyata ketika Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, melakukan lawatan diplomatik penting ke Moskow pekan ini. Pertemuan dengan petinggi Rusia dipandang bukan hanya sebagai upaya memperkuat hubungan bilateral, melainkan juga langkah strategis untuk menyampaikan pesan damai kepada seluruh pihak yang terlibat konflik.

“Indonesia memiliki tradisi panjang sebagai penengah damai. Lawatan Presiden Prabowo ke Rusia bisa menjadi awal dari diplomasi tiga arah yang mencairkan ketegangan antara Iran, Israel, dan negara-negara pendukungnya,” ujar seorang pengamat hubungan internasional dari Jakarta.



Kini, pertandingan belum selesai. Rudal masih mengudara, alarm masih berbunyi, dan rakyat sipil di kedua belah pihak masih menjadi korban utama. Namun, dunia menanti. Menanti satu tiupan peluit panjang yang menandai akhir dari “pertandingan” mematikan ini. Dan banyak yang percaya, peluit itu dan semoga dapat ditiup dari Jakarta.

Dalam perang yang diibaratkan seperti pertandingan, skor tak pernah benar-benar berarti. Yang penting adalah siapa yang berani menghentikan laga sebelum stadion berubah menjadi puing-puing dan kemanusiaan kehilangan seluruh maknanya.

***

Sumber: AR/G7.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia