Notification

×

Iklan

Iklan

Jangan Keliru dalam Bersedekah: Dahulukan yang Terdekat, Jangan Sekadar Tampak Dermawan

Minggu, 06 Juli 2025 | 16.38 WIB Last Updated 2025-07-06T09:40:10Z

Foto, ilustrasi seseorang yang pamer sedekah di media sosial.

Queensha.id - Edukasi Sosial,

Bersedekah adalah perbuatan mulia yang tak hanya memberikan manfaat kepada penerima, tetapi juga membersihkan hati dan harta si pemberi. Namun, dalam semangat membantu sesama, banyak dari kita tanpa sadar justru keliru dalam menempatkan prioritas. Kita berlomba menyalurkan donasi ke daerah-daerah jauh, membagikan bantuan ke tempat asing, sementara orang-orang terdekat hidup dalam kesulitan yang luput dari perhatian.

Padahal, Al-Qur’an telah memberi panduan jelas. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 215, Allah SWT menegaskan urutan prioritas dalam sedekah. Sebuah urutan yang menunjukkan bahwa kebaikan seharusnya dimulai dari lingkungan terkecil terlebih dahulu.


1. Orang Tua: Fondasi Utama yang Sering Terlupakan

Tak jarang, orang tua ditinggalkan dalam keterbatasan saat anak-anak sibuk berbagi ke luar. Padahal, mereka adalah orang pertama yang layak menerima sedekah kita. Mereka yang mengorbankan tenaga, waktu, bahkan mimpi demi masa depan kita. Memberi kepada orang tua bukan hanya kewajiban moral, tapi juga bentuk balas budi yang hakiki.


2. Saudara dan Kerabat: Jangan Sibuk ke Luar, Lupa ke Dalam

Dalam keheningan rumah-rumah keluarga kita, mungkin ada saudara yang menahan lapar, kerabat yang terlilit utang, atau sanak yang hidup dalam kesempitan. Namun karena mereka tidak mengulurkan tangan, kita tak menyadari. Islam mengajarkan agar kita peka, tidak menunggu mereka meminta.


3. Anak Yatim dari Kalangan Keluarga: Pahala Lebih Besar, Ikatan Lebih Kuat

Banyak lembaga sosial berlomba menyalurkan sedekah ke panti asuhan yang jauh. Tapi bagaimana dengan anak yatim dari lingkungan atau keluarga sendiri? Sedekah kepada mereka bukan hanya mendatangkan pahala, tapi juga mempererat hubungan darah yang diikat kasih sayang.


4. Orang Miskin, Terutama yang Menjadi Tetangga

“Bukanlah orang beriman jika ia kenyang sementara tetangganya kelaparan,” begitu sabda Nabi Muhammad SAW. Sayangnya, kita kadang lebih tahu kondisi orang di media sosial dibanding orang di rumah sebelah. Padahal, Islam mengangkat tetangga sebagai prioritas utama dalam sosial kemasyarakatan.


5. Ibnu Sabil: Yang Tak Dikenal tapi Butuh Pertolongan

Terakhir, adalah mereka yang dalam perjalanan (ibnu sabil) yang kehabisan bekal atau kehilangan arah. Mereka pantas dibantu, tetapi posisinya tetap setelah semua yang lebih dekat terpenuhi.


Peringatan Penting: Jangan Pamer dalam Bersedekah

Sedekah bukan untuk dipertontonkan. Riya’, atau pamer dalam beramal, adalah penyakit hati yang justru menghapus pahala. Islam sangat menekankan niat. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 264, Allah memperingatkan:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menghapus pahala sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia, dan ia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.”

Di era media sosial, mudah bagi seseorang untuk menayangkan sedekahnya demi likes dan pujian. Padahal, yang terpenting adalah keikhlasan. Memberi secara diam-diam justru lebih utama.


Dahulukan yang Terdekat, Luruskan Niat

Bersedekah bukan sekadar tentang jumlah atau kemana kita memberi, tapi kepada siapa kita memberi terlebih dahulu dan mengapa kita melakukannya. Mulailah dari orang tua, saudara, kerabat, tetangga, dan lingkungan sekitar. Mereka adalah cermin sejati dari kepedulian kita. Jangan sampai, dalam semangat berbagi, kita justru menelantarkan yang semestinya menjadi prioritas.

Karena pada akhirnya, sedekah yang paling mulia adalah yang datang dari hati, bukan dari eksistensi.

***
Sumber: BS.
×
Berita Terbaru Update