 |
| Foto, seseorang sedang merenungi apa yang terjadi. |
Hidup tidak selalu mulus. Ada jalan terjal, ada hujan deras, dan kadang kita harus merangkak melewati malam yang panjang. Namun dari situlah makna kehidupan lahir. Hidup bukan soal hasil akhir, tapi tentang bagaimana kita melangkah, bertahan, dan belajar dari setiap luka dan peluh.
Pepatah lama berbunyi, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.” Ungkapan ini bukan sekadar kata-kata bijak yang dipajang di dinding ruang tamu. Ia adalah filosofi hidup yang sarat makna: bahwa kesenangan sejati hanya datang setelah perjuangan. Dan perjuangan itulah yang membentuk karakter manusia.
Seiring waktu berjalan, manusia bertumbuh layaknya pohon. Dari benih kecil yang rapuh, menjadi batang yang kokoh, hingga akhirnya tua dan melemah. Namun, pohon yang tua pun masih bisa memberi keteduhan dan buah. Lalu bagaimana dengan manusia? Apakah di usia senja kita masih membawa manfaat bagi sekitar?
Kehidupan mengajarkan bahwa segala sesuatu punya timbal balik. Siapa menanam kejahatan, akan menuai kesengsaraan. Siapa menanam kebaikan, akan memetik kedamaian. Seperti alam yang tidak pernah salah arah: pohon kelapa tak mungkin berbuah pinang, dan pohon pisang takkan melahirkan jeruk.
Tuhan pun punya aturan yang tak bisa dilanggar. Siapa yang mencoba melawan hukum-Nya, lambat laun akan runtuh oleh perbuatannya sendiri. Sebab setiap langkah manusia tak lepas dari pantauan langit dan perhitungan alam.
Maka, jangan pernah merasa perjuangan hari ini sia-sia. Jangan lelah berbuat baik, meski tak dilihat manusia. Karena hidup bukan tentang siapa yang paling cepat mencapai garis akhir, tapi siapa yang paling ikhlas menjalani prosesnya.
Jadilah seperti pohon yang tetap memberi meski dilupakan, yang tetap berdiri meski diterpa angin. Karena hidup bukan soal usia yang panjang, melainkan tentang makna yang tertinggal.
***
Sumber: BS.
0 Komentar