Foto, salah satu orkes dangdut di wilayah kabupaten Jepara. |
Queensha.id - Jepara,
Fenomena konser dangdut di Jepara belakangan kembali memicu sorotan publik, khususnya di wilayah Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan. Kegiatan hiburan rakyat yang semula dimaksudkan sebagai bentuk ekspresi budaya ini justru menuai polemik akibat dampak sosial yang ditimbulkannya.
Setiap hari Minggu, lapangan Desa Ngabul kerap dijadikan lokasi digelarnya konser dangdut oleh berbagai event organizer (EO), baik Romansa maupun orkes dangdut hiburan lain. Sayangnya, konser yang menarik banyak pemuda ini tak jarang disertai dengan keributan, konsumsi minuman keras, hingga insiden kecelakaan di jalan raya.
Salah satu tokoh masyarakat berinisial S menyampaikan keresahannya. Ia menilai bahwa konser dangdut yang awalnya untuk hiburan kini berubah menjadi ajang mabuk-mabukan dan perkelahian yang mengganggu ketentraman warga.
“Masyarakat semakin resah karena setiap ada event dangdut selalu diwarnai mabuk dan bertengkar. Bahkan, kejadian itu tak hanya di lokasi konser, tapi menjalar ke sepanjang jalan. Saat awal Tahun Baru Islam kemarin juga diadakan konser dengan DJ, dan itu menuai polemik besar di tengah masyarakat,” ungkapnya, Minggu (27/7/2025).
Menanggapi keluhan warga, Petinggi Desa Ngabul, Sholehan, SE., MH., menegaskan pihaknya telah mengambil langkah tegas. Ia mengadakan rapat darurat bersama unsur desa seperti BPD, LAD, LKMD, Karang Taruna, RT, EO, serta tokoh masyarakat.
“Dari keresahan dan banyaknya aduan masyarakat, kami sepakat bahwa mulai 9 Agustus 2025, kegiatan event dangdut tidak lagi diperbolehkan di lapangan Desa Ngabul,” tegas Sholehan saat dikonfirmasi melalui WhatsApp.
Ia juga menyampaikan bahwa keputusan ini diambil demi menjaga ketertiban dan keselamatan warga.
“Kami mendapat laporan ada korban penganiayaan hingga meninggal dunia serta kecelakaan lalu lintas seusai konser dangdut. Ini sudah sangat memprihatinkan. Kami sepakat untuk tidak lagi memberi izin event serupa,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sholehan berharap masyarakat dapat membangun komunikasi yang sehat dan saling menghormati satu sama lain demi menjaga kondusifitas lingkungan.
“Menjaga ketentraman dan kerukunan jauh lebih penting, meskipun akan selalu ada pro dan kontra dari setiap kebijakan. Semoga ke depan tak ada lagi korban akibat konser dangdut,” pungkasnya.
Langkah tegas ini menjadi pelajaran penting bahwa hiburan publik harus tetap mengedepankan nilai etika dan keselamatan. Budaya harus dinikmati dengan tanggung jawab, bukan justru menjadi sumber keresahan dan kerugian bersama.
***
Sumber: OB.
(Ditulis oleh Tim Redaksi Queensha Jepara)
Minggu, 27 Juli 2025.