Notification

×

Iklan

Iklan

Masih Diguyur Hujan, Petambak Garam Jepara Belum Panen: Harga Garam Kembali Naik

Selasa, 01 Juli 2025 | 07.03 WIB Last Updated 2025-07-01T00:08:29Z
Foto, tambak garam di Kedungmalang, Jepara.

Queensha.id - Jepara,

Hujan yang masih mengguyur kawasan pesisir Jepara, khususnya di sentra-sentra tambak garam seperti Kedungmalang dan Kalianyar, kembali menghambat proses panen garam rakyat. Kondisi cuaca yang belum bersahabat ini membuat produksi garam mengalami keterlambatan dan berimbas langsung pada kenaikan harga di pasar.

Menurut pantauan di lapangan, sejumlah petambak memilih untuk menahan stok garam lama yang masih mereka simpan. Strategi ini diambil karena harga garam cenderung naik seiring minimnya pasokan dan meningkatnya permintaan dari luar daerah.

“Saya masih ada stok sekitar 100 ton. Kalau masih hujan terus begini, ya kami tahan dulu. Tunggu harga naik lebih tinggi,” ujar Nurahmad, seorang petambak garam asal Desa Kedungmalang, Senin (30/6/2025).
Ia menambahkan, sebelumnya harga garam sempat berada di angka Rp170 ribu per kwintal, namun turun menjadi Rp150 ribu ketika cuaca sempat membaik dan para petambak mulai menggelar membran. Kini, dengan kembalinya cuaca mendung dan hujan ringan, ada kemungkinan harga akan naik lagi.

Nurahmad bukan satu-satunya yang menjalankan strategi simpan stok. Suhadak (60), petambak garam senior dari Desa Kalianyar, juga mengaku selalu menyisakan sebagian hasil panennya untuk disimpan di gudang pribadi yang ia bangun dekat tambaknya.

“Setiap musim saya tidak pernah menjual habis. Pasti ada yang disimpan. Kadang untungnya besar, kadang tidak, tapi secara umum lebih banyak untungnya,” tutur Suhadak yang telah menekuni usaha garam curah selama puluhan tahun.

Ia bahkan sempat merasakan lonjakan harga garam hingga Rp300 ribu per kwintal di masa lalu, namun hanya segelintir petambak yang menikmati keuntungan tersebut karena mayoritas telah menjual garam mereka saat harga masih rendah.

Menurut Suhadak, penyimpanan garam di gudang merupakan kunci untuk menstabilkan penghasilan petambak di tengah fluktuasi harga pasar. Ia berharap pemerintah turut hadir dengan membangun gudang penyimpanan garam berkapasitas besar untuk menampung stok saat harga turun.

“Kalau bisa pemerintah bantu buatkan gudang besar. Jadi petambak bisa simpan dan jual saat harga baik. Sekarang ini kalau harga jatuh, ya kita rugi. Satu-satunya jalan: masuk gudang,” tegasnya.

Fenomena ini menunjukkan betapa cuaca menjadi faktor dominan dalam siklus produksi garam rakyat. Di tengah ketidakpastian iklim, keberadaan fasilitas penyimpanan dan strategi pemasaran yang tepat menjadi kunci utama agar petambak garam tetap bisa bertahan, bahkan meraih keuntungan.

***
Sumber: Muin.
×
Berita Terbaru Update