Breaking News

Hari Terpendek Sedunia: Fenomena Langka Rotasi Bumi Tercepat dalam Sejarah, Terjadi Tiga Kali!

Foto, rotasi bumi.

Queensha.id - Jepara,

Sebuah peristiwa alam yang sangat langka diprediksi akan terjadi dan menjadi sorotan dunia sains: hari terpendek dalam sejarah rotasi Bumi. Tidak hanya sekali, fenomena ini kemungkinan akan terjadi tiga kali, yaitu pada 9 Juli, 22 Juli, dan 5 Agustus 2025. Kejadian langka ini menjadi peluang emas bagi masyarakat untuk lebih dekat dengan ilmu astronomi.

Tokoh pecinta astronomi dari Jepara, Dwi Nurcahyanto, mengajak masyarakat untuk tidak melewatkan momen ini. “Fenomena ini sangat jarang terjadi. Ini kesempatan emas bagi pelajar dan pecinta langit untuk menyaksikan dampak langsung dari perubahan rotasi Bumi,” ujar Dwi saat diwawancarai, Senin (1/7).


Rotasi Bumi Tak Lagi 24 Jam?

Umumnya, satu hari di Bumi terdiri dari 86.400 detik atau 24 jam penuh. Namun, karena faktor internal dan eksternal, durasi ini bisa sedikit berubah. Perubahan ini dikenal sebagai Length of Day (LOD) dan diukur dalam milidetik (ms).

Tiga tanggal yang diprediksi akan mencatat hari terpendek di tahun 2025, berdasarkan situs ilmiah Time and Date, adalah:

  • 9 Juli 2025: -1,30 milidetik
  • 22 Juli 2025: -1,38 milidetik
  • 5 Agustus 2025: -1,51 milidetik

Artinya, pada tanggal-tanggal tersebut, Bumi akan berputar lebih cepat dibandingkan biasanya.


Apa Penyebabnya?

Menurut astrofisikawan Graham Jones, posisi Bulan yang berada jauh dari garis khatulistiwa menjadi salah satu pemicu utama percepatan rotasi ini. Namun demikian, masih banyak misteri yang belum terpecahkan.

“Mayoritas ilmuwan percaya bahwa perubahan ini berasal dari proses dinamis di dalam inti Bumi, bukan dari atmosfer atau lautan,” kata Leonid Zotov, peneliti dari Moscow Institute of Electronics and Mathematics.

Meskipun alat ukur seperti jam atom telah digunakan sejak 1950-an, ilmuwan belum dapat memetakan secara pasti penyebab lonjakan kecepatan ini. Padahal secara historis, gaya pasang surut dari Bulan justru memperlambat rotasi Bumi.


Dari 6 Jam ke 24 Jam

Menariknya, sekitar 4,5 miliar tahun lalu, satu hari di Bumi hanya berlangsung sekitar 3 hingga 6 jam. Seiring waktu, interaksi dengan Bulan membuat hari-hari di Bumi makin panjang. Kini, untuk pertama kalinya dalam sejarah pengamatan modern, rotasi justru mengalami percepatan tajam.


Saat Langit Menyimpan Cerita

Dwi Nurcahyanto juga mengimbau masyarakat untuk mengamati langit pada pukul 19.00 WIB di tiga tanggal tersebut. Posisi Bulan yang unik bisa menjadi penanda sekaligus pengalaman visual langka yang sayang untuk dilewatkan.

“Ini bukan hanya soal data dan grafik. Ini tentang bagaimana kita sebagai manusia menghargai alam semesta. Dalam ritme rotasi Bumi yang luar biasa presisi, ada keajaiban yang tak bisa dilihat dengan mata biasa,” tutupnya.


Jadi, Fenomena ini adalah undangan terbuka dari alam kepada kita semua untuk menengok ke langit, merenung sejenak, dan menyadari bahwa waktu, sebagaimana rotasi Bumi, tidak selalu sesempurna yang kita kira.

***

Sumber: G7/AR.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia