Foto, ilustrasi (SD dengan jumlah murid yang minim). |
Queensha.id - Jepara,
"Faktor Geografis hingga Persaingan dengan Sekolah Agama Jadi Pemicu Utama"
Fenomena minimnya pendaftar di puluhan Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kabupaten Jepara menjadi sorotan. Dari 539 SD negeri yang tersebar di berbagai wilayah, setidaknya 60 sekolah hanya mendapat siswa di bawah sepuluh anak dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ini.
Kepala Bidang Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Jepara, Edy Utoyo, menjelaskan bahwa kondisi ini bukan kali pertama terjadi, namun menunjukkan tren yang makin mengkhawatirkan. Menurutnya, ada berbagai faktor penyebab yang saling berkaitan.
"Di beberapa sekolah, misalnya di Watuaji dan Damarwulan, lokasinya berada di tengah hutan. Sementara di wilayah Karimunjawa, jumlah anak usia sekolah memang sedikit," terangnya kepada media.
Sekolah Sepi, Murid Hitungan Jari
Beberapa sekolah mencatat angka pendaftar yang sangat rendah. Misalnya, SDN 6 Kecapi hanya mendapatkan 1 siswa dari kuota 40, SDN 4 Bandungharjo hanya 3 siswa dari 28, SDN 3 dan 5 Damarwulan masing-masing hanya 3 siswa, SDN 2 Kaligarang hanya 3 siswa, serta SDN 2 Watuaji dengan 4 siswa. Hal serupa juga terjadi di sekolah-sekolah di Karimunjawa, seperti SDN 5 dan 7 yang masing-masing hanya mendapat 4 pendaftar.
Di luar itu, lebih dari 50 SD lainnya hanya mendapat 5–9 siswa.
Faktor Geografis dan Budaya Pendidikan
Disdikpora mencatat, keberadaan sekolah di area hutan dan kepulauan memang jadi kendala utama. Selain itu, faktor sosial budaya seperti preferensi terhadap sekolah berbasis agama (Madrasah Ibtidaiyah atau MI), dan faktor historis keluarga juga memainkan peran.
“Kadang, karena kakak dan orang tuanya dulu sekolah di MI tertentu, akhirnya anak juga diarahkan ke sana,” jelas Edy.
Selain itu, ada juga sekolah yang terdampak secara internal, seperti SDN 2 Kaligarang yang dilaporkan memiliki sejumlah guru yang sakit berkepanjangan.
Regrouping dan Strategi Daya Tarik Baru
Sebagai solusi, regrouping atau penggabungan sekolah menjadi opsi rasional yang kini mulai dirancang pemerintah. Langkah ini dianggap efisien dan efektif, apalagi jika dilakukan pada sekolah-sekolah berdekatan dengan jumlah murid minim.
Di sisi lain, Disdikpora juga tengah menyiapkan pendekatan baru untuk meningkatkan minat orang tua menyekolahkan anaknya di SD negeri. Di antaranya:
- Capacity building untuk guru,
- Kegiatan ekstrakurikuler dan co-kurikuler,
- Penerapan program religiusitas, seperti pembacaan ayat pendek, tahlil, dan Asmaul Husna setiap pagi.
“Program ini ternyata efektif. Orang tua jadi lebih percaya kalau sekolah negeri juga bisa membangun karakter anak sejak dini,” tambahnya.
Peran Guru dan Komite Sekolah
Edy menegaskan, keberhasilan menarik minat orang tua bukan hanya tugas dinas pendidikan, melainkan juga tanggung jawab seluruh tenaga pendidik.
“Guru harus aktif berkomunikasi dengan masyarakat. Kalau hanya datang-mengajar-pulang, jangan harap mendapat kepercayaan wali murid,” tandasnya.
Dengan berbagai strategi ini, Disdikpora Jepara berharap sekolah-sekolah negeri yang kini sepi murid bisa kembali hidup dan menjadi pilihan utama masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang belum terjangkau pendidikan swasta.
***
Sumber: RK.
Kamis, 24 Juli 2025
Laporan: Redaksi Queensha Jepara.