Breaking News

Sepi Penumpang, Angkudes Kedungmalang ke Pecangaan Jepara Tinggal Kenangan

Foto, pak Paesan, salah satu supir angkudes di wilayah Kedungmalang–Pecangaan , Jepara.

Queensha.id - Jepara,

Nasib angkutan pedesaan (angkudes) jurusan Kedungmalang–Pecangaan kini kian memprihatinkan. Di tengah gempuran kemudahan membeli sepeda motor, jumlah angkudes yang dulunya mencapai puluhan kini tinggal hitungan jari. Dampaknya, sopir angkudes harus putar otak agar dapur tetap mengepul.

Salah satunya adalah Paesan, warga Desa Damarjati RT 01/RW 02, kecamatan Kalinyamatan, Jepara. Ia sudah mengemudikan angkudes sejak tahun 1996. Dahulu, katanya, ia bisa bolak-balik Kedungmalang – Pecangaan hingga lima kali sehari dengan penumpang penuh, terutama para pelajar dan pedagang pasar.

“Sekarang tinggal 5 atau 6 armada saja. Dulu bisa sampai 30 lebih. Penumpang sekarang sepi, paling cuma dua kali jalan, itu pun antar jemput sampai rumah,” ujarnya, Selasa (15/7/2025).

Paesan menuturkan, turunnya jumlah penumpang dimulai saat banyak sekolah berdiri di desa-desa, serta makin mudahnya orang membeli motor. Lambat laun, angkudes tak lagi menjadi pilihan utama warga untuk beraktivitas.

Meski begitu, Paesan tetap setia menarik angkudes setiap pagi usai salat Subuh. Ia rutin ngetem di Pasar Pecangaan menunggu langganan tetap, para bakul sayur dan sembako, yang akan dibawanya menuju Pasar Kedungmutih sekitar 10 kilometer jauhnya. Setelah itu, ia kembali membawa bakul ikan dari Kedung ke Pecangaan. Begitulah rutinitasnya setiap hari.

“Kalau nggak ada bakul-bakul ini, mungkin angkudes di sini sudah mati,” kata Paesan lirih.

Meski penghasilan dari menarik angkudes kini hanya sekitar Rp100 ribu per hari, Paesan tetap bersyukur. Ia mengaku masih bisa bertahan karena memiliki pekerjaan sambilan sebagai peternak sapi dan penggarap sawah. Dua ekor sapi dan ladang kecil miliknya menjadi penopang ekonomi keluarga.

Berkurangnya penumpang membuat banyak sopir angkudes memilih alih profesi, dan sebagian armada pun dijual. Padahal dulu, trayek ini adalah jalur gemuk yang banyak dilirik para pengusaha angkutan. Kini, kejayaan itu hanya tinggal cerita.

Fenomena ini mencerminkan dilema transportasi pedesaan di era modern. Di satu sisi, kemudahan memiliki kendaraan pribadi memberikan kenyamanan. Di sisi lain, moda transportasi tradisional seperti angkudes tergerus perlahan, seolah menuju ambang kepunahan.

***

Sumber: Muin.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia