Foto, Front Masyarakat Kesenian Jepara menggelar tabur bunga di depan gedung DPRD Jepara. |
Queensha.id - Jepara,
Ratusan warga Jepara menyaksikan sebuah aksi spontan yang digelar oleh Front Masyarakat Kesenian Jepara di depan Gedung DPRD Jepara yang terbakar, Minggu sore (31/8/2025). Aksi ini menjadi respon para seniman atas kekacauan sosial dan politik yang melanda Jepara dalam beberapa hari terakhir.
Aksi tersebut digagas oleh sejumlah seniman lokal, di antaranya Totok, Roni Lantang, Brodin, Danil, Didid Endro S, Lik Mul, dan Den Hasan. Dengan pengawalan aparat TNI, mereka menggelar ritual tabur bunga serta mengumpulkan sisa-sisa arang dari puing gedung DPRD.
Menurut rencana, arang itu akan diolah menjadi karya drawing arang dalam acara On The Spot di Pantai Tambak Rejo. Sebagai puncak aksi, digelar prosesi pelarungan “sukerto” ke laut, yang melambangkan pembersihan sikap-sikap negatif para pemimpin yang dianggap memicu kekacauan.
Pernyataan Sikap Seniman Jepara
Dalam kesempatan itu, koordinator aksi Brodin membacakan pernyataan sikap Front Masyarakat Kesenian Jepara. Ada lima poin utama yang mereka tekankan:
- Front Masyarakat Kesenian Jepara tetap setia dan cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
- Menolak keras tindakan anarkis, vandalisme, dan kriminal yang mengorbankan masyarakat umum.
- Mendesak Pemerintah dan DPRD Jepara untuk mengambil sikap tegas menjamin stabilitas keamanan.
- Mendesak Pemda dan DPRD Jepara untuk segera melakukan konsolidasi dengan tokoh masyarakat demi meyakinkan publik bahwa langkah-langkah taktis keamanan akan segera dilakukan.
- Dalam waktu selambat-lambatnya dua minggu, Front Masyarakat Kesenian Jepara akan menggelar Sidang Istimewa Rakyat Jepara yang representatif melibatkan semua pihak.
Harapan untuk Jepara dan Indonesia
Para seniman menegaskan bahwa aksi mereka bukan bentuk perlawanan, melainkan seruan moral agar situasi kembali tenang.
“Kami ingin Jepara, dan Indonesia pada umumnya, kembali kondusif, aman, dan damai. Kehidupan harus berjalan normal, dan kepentingan rakyat harus selalu dinomorsatukan,” ujar Brodin menutup pernyataan sikap.
Dengan aksi simbolis ini, Front Masyarakat Kesenian Jepara berharap suara seniman bisa menjadi pengingat bahwa di tengah kericuhan, seni tetap bisa menjadi ruang refleksi, doa, sekaligus perlawanan moral terhadap kekerasan dan politik yang membelah masyarakat.
***
Sumber: Gistara.