Foto, Pengunjuk rasa melakukan aksi 29 Agustus 2025 di depan Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Foto: CNN. |
Queensha.id - Jakarta,
Gelombang aksi massa yang dipicu kematian pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, usai dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob dalam demonstrasi di Jakarta, Kamis (28/8/2025), terus membara hingga Jumat (29/8) malam dan berlanjut pada Sabtu (30/8) dini hari.
Di berbagai kota, unjuk rasa yang awalnya berlangsung damai berujung ricuh. Kondisi ini mendorong sejumlah pemuka agama lintas keyakinan menelurkan Petisi Keprihatinan Kebangsaan, berisi seruan moral agar bangsa segera bersatu dan tidak terjebak dalam spiral kekerasan.
Seruan Lintas Agama: Rekonsiliasi dan Pertobatan Bangsa
Dalam petisi yang ditandatangani 92 rohaniwan lintas agama, para tokoh menyerukan agar tragedi beruntun yang memicu kemarahan rakyat dilihat dari perspektif korban, bukan semata dari sudut pandang elite.
“Keprihatinan rakyat itu seharusnya juga menjadi bagian dari empati agama dan keyakinan sebagai bagian integral dari semua sisi kehidupan masyarakat,” demikian salah satu kutipan dari petisi tersebut.
Beberapa nama yang tercatat mendukung petisi itu antara lain Dadang Sudarja (LPBINU Jabar), Budi Setiawan (MDMC/Muhammadiyah), Syamsul Ardiansyah (Dompet Dhuafa), Ferdo Raturandang (Bikers For Christ Indonesia), Pdt Hananto Kusumo (GKJ/UKSW), dan Pdt Victor Rembeth.
Mereka menekankan pentingnya rekonsiliasi transformatif serta pertobatan para pemimpin bangsa yang dianggap abai menyejahterakan rakyat. Para rohaniwan juga mengingatkan buzzer politik dan tokoh publik agar kembali kepada nurani, bukan larut dalam polarisasi yang justru memperkeruh keadaan.
MUI dan JK Imbau Semua Pihak Tahan Diri
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan agar aksi demo tidak berubah menjadi anarkis. Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MUI, Masduki Baidlowi, menegaskan bahwa demonstrasi adalah hak rakyat, tetapi tidak boleh menimbulkan kerusakan dan keresahan bagi publik.
“Demo adalah hak warga negara, tetapi ketika sudah menimbulkan kerusakan, keresahan, dan kesulitan bagi publik, saya kira itu harus dihentikan,” ujarnya, Jumat (29/8).
Masduki juga meminta aparat kepolisian mengedepankan langkah persuasif dan menahan emosi dalam pengamanan.
Senada, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla (JK) menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Affan Kurniawan. JK menegaskan agar kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan menindak anggota Brimob yang terlibat.
“Ini menjadi pelajaran besar. Para pejabat dan anggota DPR harus menahan diri, jangan asal bicara yang bisa menghina dan menyakiti hati masyarakat,” tegas JK.
JK juga mengingatkan, jika kericuhan terus meluas, maka dampaknya akan langsung menghantam kehidupan masyarakat. “Jika kita bergejolak seperti ini, maka kehidupan ekonomi akan berhenti. Ini bisa berakibat panjang,” ujarnya.
Jalan Tengah: Suara Moral untuk Bangsa
Tragedi Affan Kurniawan menjadi simbol kemarahan rakyat atas berbagai persoalan sosial, politik, dan ketidakadilan. Di tengah gelombang protes, suara moral dari para pemuka agama dan tokoh bangsa menjadi penyejuk, mengingatkan semua pihak bahwa rekonsiliasi, empati, dan tanggung jawab moral adalah jalan tengah untuk menghindari luka bangsa yang lebih dalam.
***