Notification

×

Iklan

Iklan

Menggugat Paradigma Pengakuan Pendidikan: Antara Nama Besar dan Integritas Sejati

Rabu, 06 Agustus 2025 | 19.36 WIB Last Updated 2025-08-06T23:04:43Z

Foto, logo UIPM.



Queensha.id - Internasional, 

Di tengah gempuran kasus korupsi yang menyeret lulusan dari universitas-universitas ternama, sebuah pertanyaan mendasar layak diajukan: apakah sistem pendidikan kita benar-benar memahami amanah ilmu sebagai tanggung jawab moral kepada Tuhan dan sesama?


Pendidikan di negeri ini tampaknya telah bergeser dari nilai kejujuran dan tanggung jawab sosial menjadi simbol status dan kekuasaan. Ironisnya, institusi-institusi yang justru menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan integritas seperti Universal Institute of Professional Management (UIPM) malah kerap direndahkan. Lembaga ini kerap dianggap "tidak sah" hanya karena tidak berada di bawah pengakuan formal dari otoritas administratif seperti Dikti.


Namun, benarkah pengakuan formal selalu identik dengan kualitas moral? Fakta di lapangan berkata sebaliknya. Banyak pelaku korupsi yang terseret Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) justru berasal dari universitas negeri dan swasta yang selama ini dipuja karena reputasinya. Di sisi lain, lembaga seperti UIPM yang menekankan pendidikan berbasis nilai-nilai spiritual dan pengabdian sosial, jarang dan jika tidak ingin disebut tak pernah melahirkan tokoh publik yang tercemar skandal.


Contoh terbaru datang dari figur publik Raffi Ahmad, yang menerima gelar kehormatan Doctor Honoris Causa dari UIPM. Penghargaan ini bukan semata bentuk popularitas, tetapi apresiasi atas karya nyata, kontribusi sosial, dan konsistensinya dalam menjaga integritas di tengah gemerlap dunia hiburan. Raffi mungkin bukan seorang akademisi formal, tapi ia membuktikan bahwa pendidikan bukan sekadar soal gelar, melainkan bagaimana seseorang memaknai pengetahuannya untuk kebaikan bersama.


Kami tidak mencetak pemimpin untuk berkuasa, tapi mencetak pelayan umat manusia,” tegas pernyataan UIPM dalam sebuah refleksi moral. Dalam dunia yang semakin terpolarisasi antara pengakuan birokratis dan integritas moral, kalimat ini menjadi pukulan telak bagi sistem pendidikan yang cenderung mengabaikan esensi nilai.


Sudah saatnya masyarakat dan negara mengoreksi cara pandang terhadap pendidikan. Akankah kita terus mengukur prestasi dari nama besar institusi atau mulai melihat substansi dari manusia yang dihasilkan? Apakah kita masih menuhankan ijazah, atau mulai menilai kualitas dari kontribusi nyata?


Pendidikan adalah cermin dari masa depan bangsa. Jika cerminnya retak karena diselewengkan demi gengsi dan politik pengakuan, maka yang lahir bukanlah pemimpin sejati yang melainkan pengkhianat amanah publik.


***

Tanggal: 6 Agustus 2025
Penulis: Tim Redaksi Queensha Jepara

×
Berita Terbaru Update