Notification

×

Iklan

Iklan

Roy Suryo Luncurkan Buku Jokowi’s White Paper, Bahas Forensik Digital hingga Neuropolitik

Selasa, 19 Agustus 2025 | 06.35 WIB Last Updated 2025-08-18T23:36:37Z

Foto, buku karya Roy Suryo, Rismon Sianipar dan Tiffauzia Tiyassuma.

Queensha.id - Sleman,


Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Roy Suryo, bersama Rismon Sianipar dan Tiffauzia Tiyassuma, resmi meluncurkan buku berjudul “Jokowi’s White Paper: Kajian Digital Forensik, Telematika, dan Neuropolitika atas Keabsahan Dokumen dan Perilaku Kekuasaan”, Senin (18/8/2025).


Buku setebal hampir 700 halaman ini berisi hasil kajian ilmiah kolaboratif ketiganya, yang memuat analisis terkait dugaan keaslian ijazah sarjana Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.


“Ini hadiah untuk 80 tahun Kemerdekaan Indonesia. Sebuah buku berjudul Jokowi's White Paper,” kata Roy Suryo dalam soft-launching yang digelar di University Club (UC) Coffee Shop, Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, DIY.


Acara peluncuran turut dihadiri sejumlah tokoh nasional, antara lain Refly Harun dan Tyasno Sudarto.



Dari Dialog Santai ke Penelitian Akademik


Roy menjelaskan, buku tersebut diawali dengan memaparkan latar belakang munculnya isu keabsahan ijazah Jokowi, yang mencuat sejak 2013. Saat itu, sebuah dialog yang dipandu Rosiana Silalahi menghadirkan narasumber seperti Mahfud MD, almarhum Buya Syafii Maarif, dan Jokowi.


Dalam rekaman acara itu, menurut Roy, pernyataan Jokowi soal Indeks Prestasi (IP) sempat memunculkan tanda tanya. “Waktu itu Prof Mahfud bilang IP saya 3,8. Nah, Jokowi bilang IP saya 2. Dua aja nggak ada. Dari situlah orang mulai berpikir kritis,” jelasnya.


Buku ini juga merekam jejak tim Roy yang mendatangi Fakultas Kehutanan UGM pada April 2025 untuk meneliti salinan skripsi Jokowi.



Forensik Digital hingga Neurosains


Dalam isi buku, sejumlah metode analisis diterapkan, antara lain Error Level Analysis (ELA) untuk meneliti keaslian dokumen, hingga kajian digital forensik oleh Rismon Sianipar yang menganalisa spektrum warna stempel ijazah.


Selain itu, Tiffauzia Tiyassuma menyumbang analisis berbasis behavioral neuroscience, yang kemudian dikaitkan dengan pola komunikasi politik.


“Kesimpulan paling menonjol adalah skripsinya 99,9 persen palsu. Tidak mungkin menghasilkan ijazah asli. Itu yang paling penting,” tegas Roy.


Menurut Roy, pemilihan judul White Paper bermaksud untuk “membersihkan” almamater mereka, UGM. “Kami semua lulusan UGM, baik S1 maupun S2. Jangan sampai nama kampus tercinta dikotori. Saya terus terang sedih kalau UGM dikaitkan dengan hal ini,” tambahnya.



Dua Bahasa, Distribusi ke 25 Negara


Buku Jokowi’s White Paper dicetak dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Grand launching dijadwalkan berlangsung di Jakarta pada 27 Agustus 2025.


Cetakan perdana mencapai 5.000 eksemplar dan juga akan tersedia dalam format e-book. Dengan dukungan Forum Diaspora Indonesia (FDI), buku ini rencananya didistribusikan hingga 25 negara.


“Buku ini insyaallah akan menjadi referensi menarik. Kami susun dengan bahasa teknis tapi tetap populer. Jadi semacam popular science,” pungkas Roy.



***

Sumber: CNN.

×
Berita Terbaru Update