Foto, ilustrasi seorang sedang mengunakan smart phone. |
Queensha.id - Jepara,
Media sosial kini sudah menjadi ruang publik yang tidak bisa dihindari. Mulai dari Facebook, Instagram, hingga grup WhatsApp keluarga, teman, atau komunitas, semua orang bebas berkomentar dan membagikan informasi. Namun, kebebasan itu sering kali disalahgunakan oleh sebagian orang yang terkesan sok pintar dan justru membuat gaduh.
Seorang warga Jepara yang merasa jengkel mengungkapkan pengalamannya saat berinteraksi dalam sebuah grup WhatsApp.
“Ada tuh, ngaku wartawan tapi gak becus nulis berita. Bisanya hanya meneruskan informasi dari orang lain. Ngawurnya melebihi batas,” ujarnya, Kamis (11/9).
Menurutnya, orang-orang seperti itu biasanya tampil percaya diri berlebihan. Mereka merasa paling tahu, padahal informasi yang dibagikan sering tidak akurat.
“Mungkin cari muka karena mukanya tebal. Orang seperti itu gak tahu menempatkan omongan, informasi, bahkan ketikan tulisannya ngawur. Memang sih pendidikannya rendah, tapi merasa pintar karena kenal orang-orang intelektual. Harusnya sadar diri dan tidak sok keminter,” imbuhnya.
Fenomena ini bukan hanya mengganggu, tapi juga bisa menimbulkan salah paham dan keresahan di dalam grup. Sayangnya, banyak grup WhatsApp yang tetap membiarkan anggota seperti ini tanpa sanksi atau teguran.
“Herannya, kok gak dikeluarin dari grup WhatsApp itu. Apa-apa dikirim ke grup, padahal perilakunya bikin gaduh dan bikin jengkel,” tambah warga tersebut.
Ciri-Ciri Orang Sok Pintar di Media Sosial
- Asal kirim informasi tanpa cek fakta – Berita atau pesan berantai langsung diteruskan tanpa dipahami kebenarannya.
- Merasa paling benar dalam berpendapat – Sering memotong diskusi dan menyepelekan pendapat orang lain.
- Ngawur dalam penulisan dan penyampaian – Pesan yang diketik sering tidak jelas, berantakan, dan cenderung memancing emosi.
- Mengaku ahli atau punya kedekatan dengan tokoh tertentu – Padahal faktanya tidak terbukti, hanya untuk menaikkan citra diri.
- Tidak peduli dampak postingannya – Mengira biasa saja, padahal bisa membuat gaduh bahkan menyinggung anggota lain.
Bijak Bermedia Sosial
Pakar komunikasi menyebutkan, etika bermedia sosial sama pentingnya dengan etika di dunia nyata. Membagikan informasi tanpa verifikasi justru bisa merugikan banyak orang. Sikap bijak, tenang, dan kritis sangat diperlukan agar ruang digital tetap sehat.
Media sosial seharusnya menjadi tempat untuk berbagi hal bermanfaat, bukan ajang pamer atau arena adu pintar. Jika tidak digunakan dengan bijak, alih-alih bermanfaat, justru akan menimbulkan masalah baru.
***