Notification

×

Iklan

Iklan

Hedonic Treadmill: Kenapa Rasa Bahagia Cepat Memudar?

Sabtu, 27 September 2025 | 22.04 WIB Last Updated 2025-09-27T15:08:33Z

Foto, ilustrasi. Seorang perempuan yang merasa rasa puas dalam kebahagiaan memudar.

Queensha.id - Edukasi Sosial,


Siapa yang tidak merasa senang ketika berhasil membeli barang baru, liburan ke tempat impian, atau meraih pencapaian besar? Namun, kebahagiaan itu seringkali hanya bertahan sebentar. Setelah beberapa waktu, rasa puas memudar, dan kita kembali mencari sumber kesenangan baru.


Fenomena psikologis ini dikenal dengan istilah hedonic treadmill, sebuah konsep yang menjelaskan kecenderungan manusia untuk selalu kembali ke titik normal kebahagiaan, seberapa besar pun perubahan yang dialami.



Apa Itu Hedonic Treadmill?


Melansir Positive Psychology, istilah hedonic treadmill pertama kali diperkenalkan oleh Brickman dan Campbell melalui buku Hedonic Relativism and Planning the Good Society. Awalnya disebut hedonic adaptation, kemudian pada tahun 1990-an, Michael Eynick mempopulerkan istilah “treadmill” untuk menggambarkan pola ini.


Secara sederhana, konsep ini menunjukkan bahwa manusia selalu kembali ke “set point” kebahagiaan setelah mengalami peristiwa besar. Promosi pekerjaan, gawai baru, atau pencapaian impian memang membuat bahagia, tapi hanya sementara. Setelah itu, emosi akan kembali stabil seperti semula.



Bagaimana Cara Kerjanya?


Mengutip Psychology Today, mekanisme hedonic treadmill bekerja seperti siklus. Saat terjadi hal positif, tingkat kebahagiaan meningkat. Namun, otak cepat beradaptasi, sehingga rasa puas perlahan menurun. Akibatnya, manusia kembali mencari sumber kesenangan baru.


Inilah alasan banyak orang merasa terjebak dalam siklus tak berujung: bekerja keras, merasa puas sebentar, lalu merasa kurang lagi.



Dampak dalam Kehidupan


Fenomena ini berdampak serius dalam kehidupan sehari-hari. Sering kali orang merasa lelah dan cemas meskipun sudah memiliki banyak hal. Kondisi ini bisa memicu stres bahkan burnout.


“Ketika kita terlalu fokus mengejar kebahagiaan materi, justru aspek penting lain seperti hubungan sosial bisa terabaikan. Padahal koneksi dengan keluarga dan sahabat jauh lebih berpengaruh pada kebahagiaan jangka panjang,” jelas seorang pengamat psikologi dari Semarang.



Bisa Dihentikan?


Kabar baiknya, hedonic treadmill bisa diperlambat bahkan dihentikan. Melatih rasa syukur adalah salah satu kunci. Dengan fokus pada apa yang sudah dimiliki, dorongan untuk terus mencari kepuasan baru bisa berkurang.


Latihan mindfulness juga terbukti membantu. Kesadaran penuh akan momen sekarang membuat kita lebih mudah menikmati hal-hal sederhana. Praktik seperti meditasi, menulis jurnal, hingga refleksi harian, banyak direkomendasikan oleh psikolog.



Strategi Hidup Lebih Bermakna


Selain rasa syukur, menemukan tujuan hidup menjadi strategi penting untuk keluar dari jebakan ini. Tujuan yang jelas membuat kebahagiaan tidak bergantung pada pencapaian sesaat, melainkan pada makna jangka panjang.


Hal-hal sederhana juga bisa jadi kunci: membantu orang lain, menjaga kesehatan, hingga membatasi konsumsi media sosial. Semua ini membuat kita terhindar dari siklus hedonic treadmill.


Fenomena ini akhirnya mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan terletak pada seberapa banyak yang kita miliki, melainkan pada kemampuan menghargai hal kecil dan menemukan makna hidup.


***

Sumber: Beautynesia.

×
Berita Terbaru Update