Notification

×

Iklan

Iklan

Hidupkan Lagi Kebun Obat dan Tumpang Sari, Jepara Bisa Jadi Contoh Nasional

Minggu, 14 September 2025 | 11.28 WIB Last Updated 2025-09-14T04:34:08Z


Foto, kebun obat keluarga (Toga) Tumpang Sari.


Queensha.id - Jepara,


Kabupaten Jepara sejak lama dikenal sebagai daerah dengan tradisi agraris yang kuat. Dulu, hampir setiap rumah memiliki kebun obat keluarga (TOGA), menanam sayur di pekarangan, hingga mempraktikkan tumpang sari. Tradisi itu bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, tapi juga menjaga kesehatan keluarga secara alami.


Namun, menurut pengamat sosial Djoko Tp kebiasaan tersebut perlahan mulai terlupakan sejak dua dekade terakhir. Urbanisasi, gaya hidup modern, dan semakin mudahnya membeli kebutuhan di pasar membuat masyarakat meninggalkan apotek hidup, TOGA, hingga tabulapot. Padahal, di tengah krisis pangan, kesehatan, dan lingkungan saat ini, kearifan lokal itu justru sangat relevan untuk dihidupkan kembali.



Potensi Besar di Pekarangan


Jepara masih memiliki banyak potensi. Tanahnya subur untuk tanaman herbal seperti jahe, kunyit, temulawak, kencur, hingga sirih. Sayur dan buah pun bisa tumbuh subur, bahkan di lahan sempit dengan metode tabulapot (tanaman buah dalam pot). Jika dikelola serius, hasil kebun bukan hanya untuk konsumsi sendiri, tapi juga bisa menambah penghasilan keluarga.


"Bayangkan, jika satu rumah menanam cabai, tomat, atau kunyit, penghematan belanja bisa mencapai Rp150 ribu per bulan. Jika ribuan keluarga melakukannya, akan ada perputaran ekonomi miliaran rupiah di tingkat lokal, " ujar Djoko, Minggu (14/9).



Peran Koperasi


Agar gerakan ini tidak sekadar tren, masyarakat bisa bekerja sama dengan koperasi. Hasil kebun rakyat bisa dikumpulkan, diolah menjadi produk bernilai tambah seperti jamu instan, sirup herbal, atau sayur sehat siap jual, lalu dipasarkan kembali. Dengan begitu, warga tidak hanya menanam untuk dapur sendiri, tapi juga masuk dalam rantai ekonomi yang lebih luas.



Suara Warga Jepara


Warga pun menyambut baik gagasan dari Djoko Tp ini, “Alhamdulillah, kalau bisa dihidupkan lagi, setidaknya rumah jadi hijau dan sehat. Anak-anak juga bisa belajar mengenal tanaman obat. Selain itu, bisa bantu mengurangi belanja harian,” ujar Sri Aminah (37), warga Kecamatan Tahunan.


Hal senada diungkapkan Slamet Riyadi (45), warga Pecangaan.
“Kalau ada pendampingan dan koperasi yang menampung hasil, saya yakin banyak warga mau ikut. Jangan hanya program sesaat, tapi benar-benar berkelanjutan,” katanya.


Sementara itu, Nurjanah (42), warga Bangsri, berharap program ini tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan, tapi juga bisa membuka peluang ekonomi baru.
“Kalau ada yang bisa membantu memasarkan hasil kebun, tentu semangat warga lebih besar. Lumayan kan kalau dari pekarangan bisa dapat tambahan penghasilan,” tuturnya.



Jepara Bisa Jadi Model Nasional


Dengan menghidupkan kembali TOGA, tumpang sari, dan tabulapot, Jepara tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga membangun ketahanan keluarga menghadapi tantangan global. Jika dikelola serius dan berkelanjutan, Jepara bisa menjadi model nasional dalam mengintegrasikan tradisi lokal dengan ekonomi kerakyatan modern.


***

×
Berita Terbaru Update