Foto, pasangan suami istri. |
Queensha.id - Jakarta,
Cinta tidak hanya soal rasa, tetapi juga ujian. Banyak pasangan diuji oleh dua hal paling mendasar: harta dan rupa.
Godaan terbesar bagi wanita seringkali muncul ketika pasangan tidak mampu memberikan apa-apa, sementara ada orang lain yang datang dengan segala fasilitas dan kemewahan. Apakah hanya karena harta, hati akan berpaling?
Di sisi lain, godaan terbesar bagi laki-laki muncul ketika pasangannya sudah tidak lagi terlihat menarik, sementara di luar sana banyak perempuan penggoda yang memikat. Apakah hanya karena rupa, cinta bisa teralihkan?
Padahal, harta dan rupa bukanlah jaminan kesetiaan. Kecantikan akan pudar, ketampanan akan terkikis, harta bisa habis. Yang tersisa hanyalah hati yang tulus dan komitmen untuk saling menjaga.
Pandangan Ulama
Ulama terkemuka Indonesia, KH. Quraish Shihab, dalam salah satu tausiyahnya pernah menegaskan:
“Kesetiaan dalam rumah tangga bukan hanya soal cinta, tetapi juga komitmen, tanggung jawab, dan iman. Jika cinta hanya bergantung pada harta dan rupa, maka ia rapuh. Namun jika cinta bersandar pada keikhlasan dan nilai agama, ia akan bertahan.”
Sementara itu, KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) juga sering mengingatkan bahwa ujian terbesar dalam pernikahan adalah keistiqamahan menjaga hati.
“Yang namanya godaan itu pasti ada. Tapi jangan salah, yang menjaga kita bukan kekuatan diri sendiri, melainkan pertolongan Allah. Maka perbanyak doa, perkuat iman, dan jangan membuka celah yang bisa melemahkan hati,” katanya.
Edukasi dan Pandangan Islam
Dalam Islam, pernikahan bukan hanya soal kebahagiaan duniawi, tapi juga ibadah yang bernilai akhirat. Al-Qur’an menegaskan bahwa pasangan adalah pakaian satu sama lain (QS. Al-Baqarah: 187), yang saling menutupi kekurangan dan saling menguatkan.
Kesetiaan adalah cermin dari iman. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).
Artinya, menjaga kesetiaan bukan hanya urusan cinta, tetapi juga bentuk kebaikan seorang hamba kepada pasangan.
Refleksi
Watak memang sulit diubah, tetapi pemikiran bisa dimatangkan. Semakin dewasa seseorang, semakin ia paham bahwa cinta sejati bukan diukur dari wajah yang rupawan atau isi dompet yang tebal.
Setia berarti berani bertahan, saling menguatkan, dan terus menjaga cinta di jalan yang diridai Allah. Karena pada akhirnya, bukan harta atau rupa yang menjamin bahagia, melainkan hati yang tulus dan iman yang kokoh.
***