Foto, salah satu karya seni ukir khas Jepara. |
Queensha.id - Jepara,
Jika menyebut Jepara, pikiran banyak orang langsung tertuju pada keindahan seni ukirnya. Ukiran Jepara bukan hanya sekadar hiasan kayu, tetapi simbol warisan budaya yang telah mengakar sejak ratusan tahun lalu dan menjadi penopang ekonomi masyarakat hingga kini.
Jejak Sejarah Panjang
Sejarah ukiran kayu khas Jepara tidak bisa dilepaskan dari masa kejayaan Ratu Kalinyamat pada tahun 1549 M. Putrinya, Ratu Retno Kencono, dikenal berperan besar dalam mengembangkan tradisi ukir di Jepara. Pada masa itu pula hadir sosok ahli ukir dari Campa bernama Sungging Badarduwung, yang memperkenalkan teknik dan gaya baru dalam seni ukir.
Kelompok pengukir di daerah Belakang Gunung kemudian menjadi bagian penting yang melayani kebutuhan keluarga kerajaan. Dari sinilah seni ukir Jepara mulai tumbuh pesat, sebelum akhirnya dikenal luas berabad-abad kemudian.
RA Kartini, Jembatan Ukiran Jepara ke Dunia
Meski sudah berkembang sejak abad ke-16, ukiran Jepara mencapai panggung internasional berkat peran Raden Ajeng Kartini. Kartini, yang prihatin melihat para pengrajin hidup dalam kemiskinan, berinisiatif membantu mereka.
Ia mengajak kelompok pengrajin membuat berbagai produk seperti meja kecil, peti jahitan, figura, hingga perhiasan. Produk-produk tersebut lalu dijual ke Semarang dan Batavia, bahkan diperkenalkan ke luar negeri melalui hadiah cendera mata kepada sahabat-sahabat Kartini di Belanda.
Dari tangan seorang pahlawan emansipasi wanita inilah ukiran Jepara menembus pasar internasional. Tidak heran, hingga kini nama RA Kartini selalu lekat dengan identitas ukiran khas Jepara.
Ragam Motif yang Penuh Makna
Ukiran Jepara dikenal dengan motif yang dinamis, terinspirasi dari tumbuhan merambat, daun-daun, dan bunga. Motif ini melambangkan keseimbangan, keselarasan, dan sikap akomodatif masyarakat Jawa terhadap lingkungannya.
Beberapa produk yang populer antara lain:
- Mimbar Masjid dengan ukiran kaligrafi dan daun-daunan.
- Jendela Krepyak khas rumah Joglo.
- Relief Gantung sebagai dekorasi interior.
- Kaligrafi kayu jati dengan nilai estetika tinggi.
Menjadi “The World Carving Center”
Seiring perjalanan waktu, ukiran Jepara tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga identitas ekonomi. Kabupaten Jepara bahkan dijuluki sebagai The World Carving Center karena kemampuannya menjadi pusat produksi ukiran kelas dunia.
Produk ukiran Jepara kini diekspor ke berbagai negara, dengan Amerika Serikat sebagai salah satu pasar terbesar. Para pengrajin pun terus berinovasi, menyesuaikan motif dengan tren minimalis modern tanpa meninggalkan keaslian tradisi.
Warisan yang Terus Hidup
Keunggulan ukiran Jepara terletak pada tiga hal: inovasi motif, kualitas kayu (terutama jati), dan keterampilan pengrajin yang profesional. Keahlian mereka diwariskan turun-temurun, menjadikan setiap detail ukiran memiliki presisi tinggi dan nilai seni yang tak lekang oleh waktu.
Kini, di berbagai sudut Jepara, suara pahat dan aroma kayu jati masih akrab terdengar. Seni ukir ini bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi denyut nadi kehidupan masyarakat yang menjaga nama Jepara tetap harum di kancah dunia.
***
Sumber: BS.