| Foto, ilustrasi seorang istri. |
Siska menuturkan, kebutuhan rumah tangga seiring waktu memang semakin banyak, terutama untuk biaya makan, pendidikan anak, hingga kebutuhan sehari-hari. “Saya bukan boros, hanya memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Kadang harga bahan pokok naik, sementara penghasilan tetap,” ungkapnya.
Berbeda dengan Siska, Wildan merasa keuangan rumah tangga bisa lebih diatur dengan baik. Ia mengaku sering menegur istrinya agar lebih hemat. “Saya tidak melarang belanja, tapi kadang ada pengeluaran yang menurut saya tidak mendesak. Dari situlah saya bilang boros,” kata Wildan.
Mencari Titik Temu
Persoalan seperti ini sebenarnya bisa diatasi dengan komunikasi yang sehat antara suami dan istri. Konselor keluarga menilai pentingnya menyusun anggaran rumah tangga bulanan agar kedua pihak memahami pos-pos pengeluaran yang wajib dan yang bisa ditunda.
“Kalau tidak ada kesepakatan, suami merasa istri boros, istri merasa suami pelit. Padahal yang dibutuhkan adalah transparansi dalam mengatur uang,” ujar seorang pemerhati keluarga di Klaten.
Pandangan Islam
Dalam ajaran Islam, nafkah keluarga merupakan kewajiban suami yang harus ditunaikan. Namun, pengelolaan nafkah juga diamanahkan kepada istri agar digunakan secara bijak. Rasulullah SAW bersabda bahwa sebaik-baik perempuan adalah yang mampu menjaga harta suaminya serta mengatur rumah tangga dengan baik.
Islam juga menekankan keseimbangan: tidak berlebihan (israf) dan tidak kikir (bukhl). Suami perlu memahami bahwa kebutuhan dasar rumah tangga adalah hak istri dan anak-anak, sementara istri dituntut amanah dalam menggunakan nafkah tersebut.
Solusi
Solusi praktis yang bisa dilakukan adalah membuat daftar kebutuhan prioritas setiap bulan, menyepakati batas anggaran untuk belanja harian, dan membuka ruang dialog tanpa saling menyalahkan. Dengan begitu, tuduhan boros atau pelit bisa diubah menjadi semangat kebersamaan dalam mengelola rezeki.
***