Foto, kue Kontol Kejepit asal Yogyakarta. |
Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan kuliner tradisional yang beragam, tak hanya dari segi rasa, tetapi juga dari segi penamaan yang kerap unik dan menggelitik. Salah satunya adalah kue kontol kejepit atau yang juga akrab disebut tolpit maupun adrem.
Sekilas, nama kuliner ini mungkin membuat dahi berkerut. Namun di balik sebutan yang nyentrik tersebut, tersimpan kisah sejarah, filosofi, hingga tradisi masyarakat Bantul yang patut dilestarikan.
Legenda Kue Adrem yang Jadi Tolpit
Kue kontol kejepit berasal dari Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Kala itu, cita rasa manis-legitnya membuat kue ini turut digemari orang Belanda. Karena rasanya yang manis, mereka menyebutnya sebagai dream atau “mimpi”. Namun, lidah lokal kemudian melafalkannya sebagai adrem, dan nama ini terus melekat hingga kini.
Baru di masa berikutnya, masyarakat menyebutnya tolpit karena bentuk jadinya yang menyerupai adonan bulat yang dijepit hingga pecah menjadi tiga tangkai. Dari sinilah istilah “kontol kejepit” populer sebagai julukan nyeleneh yang kini justru membuat orang semakin penasaran.
Bahan Sederhana, Filosofi Mendalam
Meski namanya terkesan jenaka, kue ini sebenarnya lahir dari bahan-bahan sederhana khas pedesaan: tepung beras buatan sendiri, gula jawa, dan kelapa parut. Setelah diaduk, adonan digoreng hingga kecokelatan, lalu dijepit menggunakan sumpit sehingga terbentuk bentuk khasnya.
Lebih dari sekadar camilan, adrem atau tolpit juga memiliki filosofi mendalam. Konon, kue ini dibuat sebagai simbol penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam tradisi Jawa. Adrem dianggap sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen melimpah, sekaligus lambang permohonan pengampunan agar hidup menjadi lebih adem dan tentram.
Pernah Jadi Alat Tukar di Masa Panen
Menariknya, di masa lalu kue adrem bukan sekadar penganan manis. Sejumlah catatan menyebutkan bahwa kue ini bahkan sempat digunakan sebagai alat barter. Saat musim panen tiba, masyarakat Bantul menukar gabah dengan kue adrem dari para penjaja yang berkeliling sawah. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kue sederhana pun punya peran sosial dan ekonomi di tengah masyarakat desa.
Semakin Langka, Tapi Tetap Dicari
Kini, kue kontol kejepit atau tolpit semakin sulit ditemui. Penjualnya hanya bisa dijumpai di pasar-pasar tradisional Bantul atau di event budaya, seperti Pasar Kangen Yogyakarta. Meski begitu, setiap kali muncul, jajanan ini selalu mengundang antrian panjang, baik dari warga lokal maupun wisatawan yang penasaran dengan rasa sekaligus sejarah di balik namanya.
Kuliner dengan Cerita
Keberadaan kue kontol kejepit membuktikan bahwa kuliner Nusantara bukan hanya soal rasa, tetapi juga cerita yang melingkupinya. Dari nama yang nyeleneh, sejarah kolonial, tradisi barter, hingga filosofi spiritual, kue ini adalah bagian dari kekayaan budaya Jawa yang tak boleh dilupakan.
Bagi yang penasaran, Bantul masih menjadi tempat terbaik untuk mencari dan mencicipi langsung jajanan tradisional unik ini sambil menyeruput teh panas atau kopi pahit, seperti tradisi orang-orang dulu.
***