Foto, ilustrasi. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Fenomena orang suka berutang sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Ada yang berutang karena benar-benar terdesak kebutuhan, ada pula yang menjadikannya kebiasaan. Pertanyaan yang sering muncul adalah, bagaimana cara menyikapi orang yang gemar berutang, apalagi jika ia adalah teman dekat atau tetangga sendiri?
Menyikapi dengan Bijak
Sikap bijak menjadi kunci utama. Kita perlu memahami latar belakang orang tersebut terlebih dahulu. Jika ia terdesak karena kebutuhan mendesak seperti biaya sekolah anak atau pengobatan, tentu berbeda perlakuannya dengan orang yang berutang untuk memenuhi gaya hidup.
Menghadapi orang suka berutang sebaiknya dengan:
- Tetap menghargai martabatnya, jangan mempermalukan di depan umum.
- Memberi batasan yang jelas terkait jumlah dan waktu pembayaran.
- Tidak langsung menolak, tetapi bisa menawarkan bentuk bantuan lain.
Menasihati Teman yang Suka Berutang
Jika yang berutang adalah teman dekat, tentu ada rasa sungkan untuk menolak. Namun, persahabatan justru menjadi ruang yang tepat untuk memberi nasihat.
Cara menasihatinya bisa dilakukan dengan:
- Mengajak berbicara empat mata, agar ia merasa dihargai.
- Memberi contoh pengelolaan keuangan sederhana, seperti mencatat pemasukan dan pengeluaran.
- Menggunakan bahasa halus dan empati, bukan dengan nada menghakimi.
- Mengingatkan pentingnya menjaga kepercayaan, sebab sekali rusak, sulit dipulihkan.
Memberikan Solusi
Selain menasihati, memberikan solusi juga penting agar kebiasaan berutang tidak berulang. Beberapa cara yang bisa ditawarkan:
- Membantu teman membuat rencana keuangan bulanan.
- Mengarahkan untuk mencari peluang tambahan penghasilan, misalnya usaha kecil atau kerja sampingan.
- Mengajarkan pentingnya menabung meski sedikit demi sedikit.
- Jika memungkinkan, menawarkan pinjaman produktif, bukan konsumtif, misalnya modal usaha kecil.
Pandangan Ulama
KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus pernah mengingatkan, “Utang boleh, tetapi jangan sampai menjadi kebiasaan. Sebab kebiasaan itu bisa menjerat diri dan merugikan orang lain.” Pandangan ini menekankan bahwa sahabat sejati bukan hanya memberi pinjaman, tetapi juga membantu teman agar tidak terjebak pada lingkaran utang.
Jadi, menyikapi teman yang suka berutang memang tidak mudah. Dibutuhkan kesabaran, empati, dan ketegasan. Menolong tetaplah penting, namun mengarahkan agar ia belajar mandiri jauh lebih bermanfaat dalam jangka panjang. Dengan cara itu, persahabatan tetap terjaga, dan keuangan pribadi tidak ikut terguncang.
***