| Foto, Budayawan Hadi Priyanto, Miftahurrohman seorang perajin ukir dan panitia penyelenggara event ukir. |
Queensha.id - Jepara,
Nama Miftahurrohman, seorang perajin ukir asal Desa Krapyak, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, kini semakin dikenal setelah berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Karyanya yang berjudul Tempat Pena meraih Juara I dalam Lomba Cipta Karya Cinderamata Ukir Kayu Tingkat Kabupaten Jepara Tahun 2025.
Penghargaan itu semakin spesial karena hadiah diserahkan langsung oleh Wakil Menteri HAM RI, Mugiyanto, senilai Rp 1.750.000.
“Jujur saya tidak mengira bisa menang, sebab saya tahu karya peserta lain juga bagus-bagus. Saya senang karena hasil karya saya diakui dewan juri,” ujar Miftah saat ditemui, Sabtu (6/9/2025) malam.
Dari “Dolanan Tatah” hingga Juara Pertama
Pria kelahiran Jepara, 14 November 1977 ini sudah akrab dengan seni ukir sejak kecil. Ayahnya adalah seorang perajin ukir, dari sanalah Miftah mulai belajar.
“Sejak masa kanak-kanak saya suka dolanan tatah. Bahkan saat kelas dua SMP, waktu liburan saya mulai belajar natah dengan sungguh-sungguh,” kenangnya.
Selepas lulus dari SMP Al-Maarif pada 1993, ia memperdalam keterampilan ukir pada tetangganya, Pak Nardi. Sejak itu, dunia ukir menjadi jalan hidup yang ia tekuni hingga kini.
Meski sejak SD bercita-cita menjadi pelukis, jalan hidup justru membawanya menjadi pengukir. “Makanya saya memilih jadi pengukir, walaupun dulu selalu bilang cita-cita saya pelukis,” kata suami Jumiati ini sambil tertawa.
Karya untuk Masjid hingga Makam Presiden
Walaupun lomba ini merupakan kompetisi pertamanya, Miftah sejatinya sudah menghasilkan banyak karya. Selama 15 tahun ia berkonsentrasi pada seni kaligrafi. Hasil karyanya dapat ditemukan di berbagai masjid, termasuk Masjid Pantai Kartini dan Masjid Pancasila Perumnas Tahunan Jepara.
Salah satu pengalaman berkesan adalah ketika ia dipercaya membuat ukiran kaligrafi penggalan Surah Al-Baqarah berukuran dua meter, pesanan dari seorang pengusaha Yogyakarta. “Katanya itu untuk keluarga Cendana, dipasang di makam Pak Harto, mantan Presiden RI,” ujarnya.
Tak hanya itu, karyanya juga pernah menembus pasar internasional, termasuk pesanan kaligrafi sebanyak 20 buah yang dikirim ke Dubai.
Harapan untuk Seni Ukir Jepara
Meski memiliki segudang pengalaman, Miftah tetap merendah. Hingga kini ia masih menyebut dirinya sebagai “buruh ukir” yang bekerja secara freelance dari rumah.
Ia juga menyoroti nasib para perajin ukir Jepara yang banyak beralih profesi karena alasan ekonomi.
“Ukir itu ikon Jepara. Harapannya pemerintah dan semua pihak bisa lebih serius memperhatikan kesejahteraan pengukir agar seni ukir tetap lestari di Bumi Kartini,” pungkasnya.
***