Foto, 390 siswa kelas XI SMAN 1 Tahunan Jepara menggelar perjalanan edukatif ke sejumlah obyek cagar budaya di Kabupaten Jepara. |
Queensha.id - Jepara,
Sebanyak 390 siswa kelas XI SMAN 1 Tahunan Jepara menggelar perjalanan edukatif ke sejumlah obyek cagar budaya di Kabupaten Jepara. Kegiatan yang berlangsung dalam dua gelombang, Sabtu 20 dan 27 September 2025 ini, bertujuan menumbuhkan kesadaran sejarah sekaligus mengenalkan warisan peradaban lokal kepada generasi muda.
Para siswa terbagi dalam dua trip. Rombongan pertama mengunjungi cerobong asap pabrik gula Pecangaan, rumah administratur pabrik karung goni, serta Benteng Fort Jepara. Sementara rombongan kedua berkesempatan menelusuri cerobong asap pabrik gula Pecangaan, rumah administratur, dan pabrik gula Bonjot. Kedatangan siswa diterima langsung oleh Manajer Produksi PT Dasaplast Nusantara, Jarod Prabasasangka, bersama tim.
Belajar Sejarah di Lokasi Asli
Kegiatan ini dipandu langsung oleh guru sejarah SMAN 1 Tahunan, Dr Pujiyanto, S.Pd., M.Pd, dengan dukungan dua guru tamu, yaitu Muhammad Nuh Tabroni, S.S. (guru sejarah SMA Islam Jepara) serta Drs. Hadi Priyanto, MM, pegiat budaya Jepara.
“Obyek sejarah yang dikunjungi siswa hanyalah sebagian kecil dari jejak besar Jepara di masa lalu. Masih banyak peninggalan lain seperti Masjid Mantingan, makam Pangeran Hadlirin, warisan R.A. Kartini, hingga Candi Angin,” jelas Hadi Priyanto.
Kepala SMAN 1 Tahunan, Ida Fitriningsih, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa perjalanan edukatif ini merupakan upaya nyata untuk menanamkan rasa bangga terhadap sejarah lokal. “Kami ingin siswa lebih memahami peran Jepara dalam peradaban masa lalu sekaligus pentingnya melestarikan peninggalan sejarah,” ujarnya.
Jepara dan Jejak Industri Gula
Dalam kesempatan tersebut, para pegiat budaya menjelaskan bahwa Jepara sudah dikenal sebagai daerah penghasil gula sejak abad ke-17, sejajar dengan Banten, Jayakarta, dan Cirebon.
“Pada 1710, produksi gula Jepara sudah tercatat sejajar dengan Batavia. Hal ini menunjukkan kreativitas dan jiwa wirausaha tinggi warga Jepara kala itu,” ungkap Hadi Priyanto.
Sementara Muhammad Nuh Tabroni menambahkan bahwa pada 1836 mulai dilakukan penanaman tebu secara intensif di Jepara, yang kemudian melahirkan pabrik gula Pecangaan. “Pabrik ini dibangun setelah masa tanam paksa, menyusul kebangkrutan Belanda akibat Perang Jawa (1825–1830),” jelasnya.
Yang menarik, cerobong asap pabrik gula Pecangaan setinggi 60 meter dibangun hanya dalam waktu empat bulan pada 1927. “Pemasangan dilakukan secara per panel, sebuah prestasi teknik luar biasa untuk ukuran zaman itu,” tambah Tabroni.
Dari Pabrik Gula ke Industri Karung Plastik
Sejarah industri gula di Jepara juga mengalami transformasi. Menurut Jarod Prabasasangka, pabrik gula Pecangaan sempat berubah fungsi menjadi pabrik karung goni berbahan rosela, sebelum akhirnya pada 2004 menjadi PT Dasaplast Nusantara yang memproduksi karung plastik.
“Selain untuk memenuhi kebutuhan 27 pabrik gula di Indonesia, produk kami juga diekspor ke Jepang dan Amerika,” ujar Jarod.
Adapun pabrik gula Bonjot yang berdiri pada 1936, di masa pendudukan Jepang dialihfungsikan menjadi penggilingan padi. Struktur bangunan pabrik hingga kini masih terjaga keasliannya.
Warisan Sejarah, Bekal Generasi Muda
Melalui kunjungan ini, siswa SMAN 1 Tahunan Jepara tidak hanya menyaksikan peninggalan fisik cagar budaya, tetapi juga mempelajari konteks sejarah, ekonomi, dan budaya yang melingkupinya.
“Generasi muda harus mengenal sejarah bangsanya sendiri. Dari Jepara, kita belajar tentang daya juang, kreativitas, dan nilai budaya yang bisa menjadi bekal menghadapi tantangan global,” tutup Dr Pujiyanto.
***
Sumber: Hadepe/SB.