Notification

×

Iklan

Iklan

Gemerlap Kota: Kritik Slank atas Wajah Gelap Urbanisasi dan Ketimpangan Sosial

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 11.06 WIB Last Updated 2025-10-25T04:07:45Z

Foto, sampul Album Minoritas Slank, judul Gemerlap Kota.

Queensha.id - Musik,


Di tengah deru kendaraan dan lampu-lampu yang berkelip di malam hari, lagu “Gemerlap Kota” milik Slank yang dirilis pada 1996 masih terasa relevan hingga kini. Lagu ini bukan sekadar potret kehidupan metropolitan, tetapi sebuah kritik sosial yang tajam terhadap realitas kota besar yang kerap menelan mimpi anak-anak muda dari kampung.


Lewat liriknya yang sederhana namun menggigit, Slank menghadirkan dua tokoh simbolik yaitu Udin kecil dan Si Boy kecil merupakan seseorang yang mewakili dua sisi kehidupan kota: kemiskinan dan kemewahan.


“Di antara gemerlap kehidupan kota,
Udin kecil hanyut di dalam impiannya...”


Udin adalah gambaran jutaan anak muda desa yang datang ke kota dengan harapan bisa mengubah nasib. Namun, gemerlap kota justru menjeratnya dalam kegelapan mimpi yang tak tergapai. Ia “menghitamkan benak”, menggenggam “pisau siap menikam” yakni metafora keras tentang keputusasaan sosial.


Sementara Si Boy kecil adalah cerminan anak kota yang hidup dalam limpahan harta dan kemudahan.


“Dia tertawa karena semua didapat tinggal meminta.”


Slank secara tajam menyoroti ketimpangan sosial yang begitu nyata di kota besar. Ketika satu sisi berjuang mati-matian demi sesuap nasi, sisi lain justru membuang-buang uang tanpa makna. Dua dunia itu akhirnya bertabrakan dalam tragedi — salah paham kecil yang berujung maut: Si Boy tewas, Udin masuk penjara.


Bagi Slank, lagu ini bukan hanya kisah dua anak, tapi simbol dari rusaknya sistem sosial akibat ketimpangan ekonomi dan hilangnya nilai kemanusiaan di tengah gemerlap urbanisasi.


Gemerlap Kota” dirilis di bawah label Aquarius Pustaka Musik dan ditulis oleh Bongky Ismail bersama Burman Siburian Parlin. Gaya musiknya khas Slank era 90-an — sederhana, jujur, dan penuh pesan moral. Di balik ritme yang santai, liriknya membawa kegelisahan mendalam akan realitas sosial yang tak kunjung berubah.


Lebih dari dua dekade berlalu, pesan lagu ini tetap hidup. Ia mengingatkan bahwa di balik cahaya kota, selalu ada bayangan panjang dari mereka yang tertinggal bahkan mereka yang masih berjuang di jalanan, di bawah jembatan, di lorong-lorong harapan yang kian sempit.


Slank tak sekadar bernyanyi, mereka menulis sejarah kecil tentang bangsa yang tengah berlari mengejar kemajuan, namun kadang lupa menengok siapa yang tertinggal di belakang.


Gemerlap memang indah, tapi tak selalu bahagia.


***

Queensha Jepara.
25 Oktober 2025