Notification

×

Iklan

Iklan

Jasa Naik Follower Semakin Marak, Tapi Banyak Klien Mengaku Kecewa dan Kapok

Minggu, 12 Oktober 2025 | 16.44 WIB Last Updated 2025-10-12T11:44:40Z

Foto, ilustrasi, media sosial.


Queensha.id - Jakarta,


Dunia digital semakin kompetitif. Demi terlihat populer dan dipercaya publik, banyak pengguna media sosial, baik individu maupun pelaku usaha, memilih jalan instan: membeli jasa peningkat follower dan viewer di berbagai platform.


Cukup dengan membayar ratusan ribu rupiah, seseorang bisa memperoleh ribuan pengikut dalam waktu singkat. Beragam layanan ditawarkan, mulai dari peningkatan follower Facebook, Instagram, Threads, TikTok, hingga Shopee, bahkan ada pula jasa penambah viewer dan subscriber YouTube.


Namun di balik tampilan angka yang tampak menggiurkan, ternyata ada banyak kisah kelam yang jarang diungkap ke publik.



Klien Merugi, Follower Hilang dalam Hitungan Hari


Salah seorang klien yang enggan disebutkan namanya mengaku pernah menggunakan dua layanan sekaligus—untuk menaikkan follower Facebook dan viewer YouTube, namun hasilnya jauh dari harapan.


“Ya, saya sekali dikecewakan ya cukup sudah dan gak percaya lagi," ujarnya saat dikonfirmasi Queensha Jepara, Sabtu (12/10/2025).


Ia bercerita, awalnya tertarik karena testimoni yang terlihat meyakinkan di media sosial.


“Saya pesan untuk Facebook supaya pengikut banyak atau naik, eh besoknya malah turun, dan terus berkurang hingga beberapa hari kemudian hilang banyak,” keluhnya.


Tak berhenti di situ, ia juga memesan paket viewer YouTube dengan janji penambahan 10.000 tontonan dalam sehari.


“Benar sih, hari pertama naik 10 ribu viewer. Tapi lusa langsung hilang sekejap. Kayak mimpi saja,” imbuhnya.


Meski tidak mengalami kerugian besar secara finansial, ia mengaku rasa kecewa dan malu menjadi dampak terbesar.
“Mungkin banyak juga yang tertipu seperti saya,” ujarnya lirih.



Foto, tangkap layar dari diduga, pelaku penipu jasa naik follower.


Bisnis Instan di Dunia Digital


Fenomena ini bukan hal baru. Seiring meningkatnya kebutuhan akan popularitas digital, banyak penyedia jasa menawarkan solusi instan dengan harga bervariasi dan mulai dari Rp50 ribu hingga jutaan rupiah.


Beberapa bahkan menjanjikan “follower organik” atau “penonton real”, padahal sistem yang digunakan diduga memanfaatkan akun bot atau lalu lintas palsu (fake traffic).


Menurut pakar keamanan siber dan pemasaran digital, Dimas Aryo Nugroho, praktik seperti ini berisiko tinggi bagi reputasi dan keamanan pengguna.
“Follower palsu bukan hanya tidak bertahan lama, tapi juga bisa menurunkan kredibilitas akun. Platform seperti Meta dan YouTube punya sistem deteksi otomatis untuk menghapus akun atau viewer palsu,” jelasnya.


Ia menambahkan, selain uang yang hilang, pengguna bisa kehilangan akses akun (suspension) bila dianggap melanggar kebijakan platform.



Ketika Popularitas Lebih Diutamakan daripada Kredibilitas


Motif utama pengguna jasa ini umumnya sederhana: mengejar angka dan gengsi digital. Banyak pelaku UMKM dan influencer pemula merasa jumlah pengikut menentukan kepercayaan publik.


Padahal, menurut Dimas, engagement asli lebih berharga daripada angka palsu.
“Lebih baik punya 1.000 pengikut yang aktif dan percaya, daripada 10.000 yang diam semua,” katanya.


Ia menyarankan agar pengguna lebih berhati-hati terhadap tawaran semacam itu.


“Kalau ada yang menawarkan peningkatan follower besar dalam waktu sangat singkat, apalagi tanpa jaminan refund, sebaiknya curiga. Dunia digital memang bisa memperkaya, tapi juga bisa menjerat,” tegasnya.



Pelajaran dari Era Serba Instan


Kasus seperti ini menjadi pengingat bahwa tidak semua yang terlihat “viral” adalah hasil kerja keras atau strategi digital murni. Ada banyak akun yang membangun popularitas dengan cara kilat, tapi tumbang secepat itu pula.


Meningkatkan performa digital seharusnya dilakukan dengan strategi konten, konsistensi, dan interaksi jujur dengan audiens. Jalan instan mungkin memikat, tapi tak jarang berujung penyesalan.


“Teknologi digital bisa memperkaya seseorang yang ahli IT, tapi juga bisa disalahgunakan untuk menipu,” kata narasumber itu menutup percakapan.


***

×
Berita Terbaru Update